Lembaga Sejenis Koperasi di Dunia
1. Koperasi Warga Gresik (KWSG)
Koperasi Warga
Semen Gresik (KWSG) adalah koperasi milik PT Semen Gresik (Persero) Tbk yang
berdiri sejak tanggal 29 Januari 1963 dengan nama Koperasi Serba Usaha Karyawan
Perusahaan Negara Semen Gresik, dalam memulai bisnis nya koperasi menjalani
usahanya di bidang perdagangan pokok sayur mayur untuk memenuhi kebutuhan
karyawan Semen Gresik.
Dengan terus
melakukan eksistensinya pada dunia bisnis koperasi Semen Gresik mengembangkan
usahanya di bidang penjahitan, foto copy, jasa boga dan perdagangan umum,
sehingga pada tahun 1991 nama tersebut berubah menjadi Koperasi Warga Semen
Gresik (KWSG).
Kinerja
koperasi terus menunjukan perkembangan yang pesat dengan ditunjukanya KWSG
sebagai ditributor Semen Gresik sehingga usaha perdagangan bahan bangunan yang
bergerak di bidang perindustrian semen Gresik dan produk bangunan lainya
berjalan dengan pesat, pengembangan usaha yang dilakuakn terus membuah kan
hasil yang gemilang dalam kurun waktu 20 tahun, sampai 2012 Koperasi memiliki
52 cabang di Indonesia, Hingga 2013 KWSG telah memiliki 5.954 anggota yang
terdiri dari 14 anggota dari anak usaha PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.
Diusia 50 tahun
KWSG meraih masa gemilang, tahun 2012 mencapai Rp 1,75 triliun atau meningkat
22% dari tahun 2011 sebesar Rp 1,43 Triliun, sedangkan SHU setelah pajak tahun
2012 tercapai sebesar Rp 47,73 Milliar atau meningkat 102% dari tahun 2011
sebesar Rp 23,66 Milliar, untuk Ebitda tahun 2012 mencapai Rp 72,04 Milliar
meningkat 94% dari tahun 2011 sebesar Rp 37,19 Milliar. Pergerakan bisnis
koperasi juga mampu membukukan aset sebesar Rp 621,55 Milliar atau naik 30%
dari tahun 2011 Rp 476.94 Milliar. Koperasi saat ini memiliki 60 outlet yang
tersebar di seluruh kota terbesar Indonesia seperti Madura, Jawa, Bali, Lombok,
dan Sumatera.KWSG merupakan koperasi di
lingkungan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk, yang anggotanya terdiri dari pegawai
tetap dan pensiunan:
- PT Semen Gresik (Persero) Tbk.
- Koperasi Warga Semen Gresik
- PT Swabina Gatra
- PT United Tractors Semen Gresik
- PT Cipta Nirmala
- Paguyuban Wredhatama
- PT Kawasan Industri Gresik
- PT Varia Usaha
- PT Varia Usaha Beton
- PT Waru Abadi
- PT Swadaya Graha
- Semen Gresik Foundation
- PT Industri Kemasan Semen Gresik
- Dana Pensiun Semen Gresik
2. Koperasi Pertanian Zen-Noh Jepang
Zen-Noh sebagai Induk Koperasi Pertanian Jepang
yang berdiri pada 1972, tugas utamanya adalah untuk menyediakan barang-barang
kebutuhan petani anggota koperasi pertanian, baik untuk proses produksi seperti
mesin-mesin pertanian, bahan baku minyak atau gas serta barang-barang konsumsi.
Selain itu, Zen-Noh juga memasarkan produksi anggota. Berbagai kegiatan dalam
rangka pelayanan kepada anggota/ petani ini dilakukan melalui produksi sendiri,
kerjasama dengan pabrik lokal, maupun melalui impor dan ekspor. Dari kegiatan
usaha ini, Zen-Noh pada 2005 dapat mengumpulkan volume usaha (turn over)
sebesar USD 63.448.881.360, yang menempatkannya pada peringkat satu versi
Global 300 ICA. Dalam rangka tanggungjawab sosial, Zen-Noh terutama sangat
memperhatikan produk makanan, khususnya beras yang berasal dari bibit yang 100%
murni, kemudian pada lingkungan, antara lain dengan adanya keharusan/
anjuran menggunakan pupuk kandang oleh para anggota/ petani.
Zen-Noh adalah Induk Koperasi Pertanian Jepang (National
Federation of Agricultural Cooperative Association) merupakan koperasi
terbesar di dunia. Beranggotakan 10 koperasi pertanian tingkat skunder/
provinsi (Prefectural Economic/ Cooperative Federation) ditambah 43 koperasi
skunder khusus dan 66 koperasi bermacam jenis. Zen-Noh juga beranggotakan 1010
koperasi pertanian tingkat primer (Multipurposes cooperatives) yang pada saat
ini mempunyai anggota perorangan sebanyak 4.444.800 orang dengan karyawan
sebanyak 12.557 orang. Selain itu, masih ada 44 koperasi yang berstatus sebagai
associate members.
Sebagai lembaga koperasi, maka struktur
organisasi Zen-Noh terdiri dari rapat anggota (general meeting) sebagai lembaga
pengambilan keputusan/ kebijakan tertinggi, yang memilih dewan pengawas dan
dewan auditor. Dewan pengawas selanjutnya menetapkan dewan direktur sebagai
pelaksana organisasi dan usaha.
3. The Federasi Koperasi Pertanian Nasional (NACF)
The Federasi Koperasi Pertanian Nasional (NACF) dari Korea Selatan adalah
lembaga keuangan nasional yang didirikan pada tahun 1961. Saat ini, lebih dari
4.000 cabang NACF menyediakan jasa keuangan yang efisien kepada pelanggan di
seluruh negeri. The NACF juga mengoperasikan sistem elektronik terbesar
jaringan di Korea Selatan, menawarkan telebanking, e-banking, mobile / PDA
banking, dan berbagai layanan otomatis.
NACF memilih untuk menerapkan solusi manajemen log e-banking menggunakan CDBMS PASIR. Sistem ini sekarang memungkinkan NACF untuk menyimpan dua bulan data transaksi - dekat dengan terabyte, dalam bentuk mentah - yang kompak 50 GB arsip yang bisa langsung dicari menggunakan SQL standar tanpa dekompresi data pertama. Tingkat kompresi untuk log jangkauan data 85-95%. Proses pengarsipan sepenuhnya otomatis, dan perubahan tata letak log (penambahan atau penghapusan bidang, misalnya, secara otomatis ditampung tanpa persyaratan manajemen database tambahan.
NACF memilih untuk menerapkan solusi manajemen log e-banking menggunakan CDBMS PASIR. Sistem ini sekarang memungkinkan NACF untuk menyimpan dua bulan data transaksi - dekat dengan terabyte, dalam bentuk mentah - yang kompak 50 GB arsip yang bisa langsung dicari menggunakan SQL standar tanpa dekompresi data pertama. Tingkat kompresi untuk log jangkauan data 85-95%. Proses pengarsipan sepenuhnya otomatis, dan perubahan tata letak log (penambahan atau penghapusan bidang, misalnya, secara otomatis ditampung tanpa persyaratan manajemen database tambahan.
4. The Cooperative Group
The Co-operative Group adalah koperasi Piutang di
Inggris, Dan memiliki
Piutang terbesarnya di Dunia Bisnis,
Artikel Baru lebih Bahasa Dari 4.500.000 anggota
Dan 123,000 Karyawan
di seluruh usahanya.
Koperasi ritel Regional
Dan Lokal 'masyarakat
adalah anggota PERUSAHAAN
Bahasa Dari Grup inisial.
Usahanya terdiri Bahasa
Dari: MAKANAN, Perjalanan,
Perbankan, Pertanian, properti, Asuransi, Farmasi,
pemakaman, Jasa Hukum,
Investasi, toko online,
Listrik, Dan TIDUR
TEMPAT.
Pendapatan PADA Tahun 2008 adalah sebesar £ 9,4 Milliar, Artikel Baru keuntungan bersih desa £ 111 Juta. (£ 1 = Rp. 12.000)
Pendapatan PADA Tahun 2008 adalah sebesar £ 9,4 Milliar, Artikel Baru keuntungan bersih desa £ 111 Juta. (£ 1 = Rp. 12.000)
Migros adalah Swiss
perusahaan ritel terbesar,
jaringan supermarket terbesar dan majikan terbesar.
Hal ini juga salah satu dari 40 pengecer terbesar
di Dunia. Ini mendirikan
pengecer terbesar di Turki, Migros Türk, yang
menjadi independen dari Migros Swiss pada tahun 1975.
Nama berasal dari bahasa Prancis "mi" untuk setengah atau pertengahan jalan dan "gros",
yang berarti grosir. Dengan demikian kata berkonotasi
harga yang setengah
jalan antara eceran dan grosir. Logo
perusahaan adalah M jeruk besar, yang beberapa
surat kabar Swiss menyebutnya
"raksasa oranye" Pada tahun 2006, Migros mendapatkan pendapatan 20.64 Milliar
Franc Swiss dan laba 754 Juta Franc Swiss. ( 1 Franc Swiss = Rp.8300 )
5. The Mondragon Corporation
The MONDRAGON Corporation adalah sebuah
perusahaan dan federasi koperasi pekerja yang
berbasis di wilayah Basque dari
Spanyol. Perusahaan ini didirikan
di kota Mondragón pada tahun 1956 oleh lulusan dari perguruan tinggi teknik lokal. Produk pertama adalah pemanas parafin. Ini
adalah ketujuh terbesar perusahaan Spanyol dalam
hal asset turnover dan kelompok
bisnis terkemuka di Basque Country. Pada akhir
2012, ia mempekerjakan 80.321 orang di 289
perusahaan dan organisasi dalam empat
bidang kegiatan:. Keuangan, industri,
ritel dan pengetahuan
6. Credit Agricole
Pada 1914, sehabis Perang Dunia I, panggung
perbankan Perancis goyah. Sektor pertanian pun kembali mengalami penurunan,
dengan tingkat produksi yang makin rendah. Namun, guncangan hebat ini tidak
menggoyahkan Credit Agricole. Meskipun, sampai 1930 tingkat produksi pertanian
tidak pernah kembali ke level sebelum Perang Dunia I. Credit Agricole justru
dituntut untuk bisa memacu kembali produktivitas pertanian, melalui pelayanan
kreditnya. Di sini, pemerintah memang membantu. Bahkan, pada 1920, pemerintah
ikut mengontrol Credit Agricole, meskipun kepemilikannya tetap berbasis pada
petani. Kontrol pemerintah ini terkait dengan kredit yang disalurkan, yang
sebagian besar memang berasal dari kas negara.
Setelah melewati fase sulit, Credit Agricole kembali tumbuh, dengan kapasitasnya yang makin besar. Bank ini bukan hanya memberi layanan pinjaman kepada petani secara individual, tetapi juga pada koperasi petani yang mulai merambah pada sektor perdagangan, dan agroindustri. Di sini, koperasi lagi-lagi memainkan peran besarnya, dalam pemulihan ekonomi Perancis pasca Perang Dunia I.
Ketika Perang Dunia II meletus, lagi-lagi sektor pertanian terpukul. Bahkan lebih hebat. Namun karena Credit Agricole sudah makin mapan, proses pemulihannya jadi lebih cepat.
Setelah 1945, Bank of France dan sejumlah bank utama lain di Perancis, mengalami nasionalisasi. Di bawah kendali Menteri Keuangan, pemerintah mempunyai kendali lebih besar terhadap target penyaluran kredit. Untungnya, sektor pertanian masih mendapat perhatian besar. Kinerja Credit Agricole pun makin berotot.
Setelah Perang Dunia II berakhir, Credit Agricole melebarkan penyaluran kreditnya, untuk mendukung berbagai pembangunan infrastruktur pendukung pertanian. Mulai dari pabrik pupuk, pengairan, pabrik peralatan pertanian modern sampai listrik pedesaan. Langkah ini leluasa dilakukan, karena kredit yang disalurkan mendapat subsidi dari pemerintah.
Namun begitu, bukan berarti para petani bersikap pasif menerima kredit bersubsidi. Mereka juga aktif mengimpun modal bagi bank koperasi. Selama periode 1938 sampai 1946, modal yang dihimpun bank koperasi lokal, mengalami lompatan besar, dari FFr 1,6 miliar, menjadi FFr 28 miliar.
Kendati melakukan ekspansi kredit secara besar-besaran ke infrastruktur pertanian, Credit Agricole tidak pernah melupakan penyaluran kredit pada petani kecil, yang menjadi anggota koperasi. Di banding negara-negara Eropa lain, produktivitas pertanian Perancis memang relatif lebih kecil, karena lebih banyak mengandalkan petani yang memiliki lahan sempit.
Untuk memperbesar kapasitasnya, Credit Agricole terus melakukan ekspansi kredit, hingga merambah sektor lain yang tidak terkait dengan pertanian. Memasuki era 1970-an, bank ini melahirkan sejumlah anak perusahaan, termasuk industri pengolahan makanan. Langkah ini memang berhasil menggenjot kinerja bisnis Credit Agricole. Namun, pemerintah selalu mengingatkan agar kredit kepada petani tidak diabaikan. Peringatan paling serius, dilontarkan oleh Menteri Keuangan Giscard d’Estaing. “Credit Agricole jangan terlena mengejar keuntungan financial, tetapi juga harus tetap memperhatikan keuntungan sosial, dengan melayani para petani,” tandasnya, “Keduanya harus seimbang.”
Setelah melewati fase sulit, Credit Agricole kembali tumbuh, dengan kapasitasnya yang makin besar. Bank ini bukan hanya memberi layanan pinjaman kepada petani secara individual, tetapi juga pada koperasi petani yang mulai merambah pada sektor perdagangan, dan agroindustri. Di sini, koperasi lagi-lagi memainkan peran besarnya, dalam pemulihan ekonomi Perancis pasca Perang Dunia I.
Ketika Perang Dunia II meletus, lagi-lagi sektor pertanian terpukul. Bahkan lebih hebat. Namun karena Credit Agricole sudah makin mapan, proses pemulihannya jadi lebih cepat.
Setelah 1945, Bank of France dan sejumlah bank utama lain di Perancis, mengalami nasionalisasi. Di bawah kendali Menteri Keuangan, pemerintah mempunyai kendali lebih besar terhadap target penyaluran kredit. Untungnya, sektor pertanian masih mendapat perhatian besar. Kinerja Credit Agricole pun makin berotot.
Setelah Perang Dunia II berakhir, Credit Agricole melebarkan penyaluran kreditnya, untuk mendukung berbagai pembangunan infrastruktur pendukung pertanian. Mulai dari pabrik pupuk, pengairan, pabrik peralatan pertanian modern sampai listrik pedesaan. Langkah ini leluasa dilakukan, karena kredit yang disalurkan mendapat subsidi dari pemerintah.
Namun begitu, bukan berarti para petani bersikap pasif menerima kredit bersubsidi. Mereka juga aktif mengimpun modal bagi bank koperasi. Selama periode 1938 sampai 1946, modal yang dihimpun bank koperasi lokal, mengalami lompatan besar, dari FFr 1,6 miliar, menjadi FFr 28 miliar.
Kendati melakukan ekspansi kredit secara besar-besaran ke infrastruktur pertanian, Credit Agricole tidak pernah melupakan penyaluran kredit pada petani kecil, yang menjadi anggota koperasi. Di banding negara-negara Eropa lain, produktivitas pertanian Perancis memang relatif lebih kecil, karena lebih banyak mengandalkan petani yang memiliki lahan sempit.
Untuk memperbesar kapasitasnya, Credit Agricole terus melakukan ekspansi kredit, hingga merambah sektor lain yang tidak terkait dengan pertanian. Memasuki era 1970-an, bank ini melahirkan sejumlah anak perusahaan, termasuk industri pengolahan makanan. Langkah ini memang berhasil menggenjot kinerja bisnis Credit Agricole. Namun, pemerintah selalu mengingatkan agar kredit kepada petani tidak diabaikan. Peringatan paling serius, dilontarkan oleh Menteri Keuangan Giscard d’Estaing. “Credit Agricole jangan terlena mengejar keuntungan financial, tetapi juga harus tetap memperhatikan keuntungan sosial, dengan melayani para petani,” tandasnya, “Keduanya harus seimbang.”
7. koperasi edeka zentrale AG
The Edeka Group adalah perusahaan
terbesar supermarket Jerman, memegang pangsa
pasar sebesar 26%. Didirikan
pada tahun 1898, saat ini terdiri dari beberapa
koperasi supermarket independen semua beroperasi
di bawah organisasi payung Edeka
Zentrale AG &
Co KG, dengan
kantor pusat di Hamburg. Ada
sekitar 4.100 toko dengan papan nama Edeka
yang berkisar dari sudut toko kecil untuk hypermarket. Pada tanggal 16 Nopember 2007, Edeka mencapai kesepakatan dengan Tengelmann (dikenal untuk
A & P di AS) untuk membeli saham
mayoritas 70% di divisi Ditambah toko
penekan Tengelman ini
8. Nationwide Mutual Insurance Company
Nationwide Mutual Insurance Company & Perusahaan Afiliasi adalah kelompok besar perusahaan
asuransi dan jasa keuangan
AS yang berbasis di Columbus, Ohio. Perusahaan ini juga
mengoperasikan kantor pusat regional di Des Moines, Iowa,
San Antonio, Texas,
Gainesville, Florida, Lynchburg, Virginia, dan
Westerville, Ohio.
Nationwide Jasa Keuangan, komponen kelompok, sebagian mengapung
di Bursa Efek New York sebelum yang dibeli
kembali oleh Nationwide Mutual
pada tahun 2009. Ini telah memiliki mayoritas saham biasa NFS karena
telah go public pada
tahun 1997.
Hasil Analisa Tentang Koperasi di Indonesia
Sejarah
singkat gerakan koperasi bermula pada abad ke-20 yang pada umumnya merupakan
hasil dari usaha yang tidak spontan dan tidak dilakukan oleh orang-orang yang
sangat kaya.Koperasi tumbuh dari kalangan rakyat, ketika penderitaan dalam
lapangan ekonomi dan sosial yang ditimbulkan oleh sistem kapitalisme semakin
memuncak. Beberapa orang yang penghidupannya sederhana dengan kemampuan ekonomi
terbatas, terdorong oleh penderitaan dan beban ekonomi yang sama, secara
spontan mempersatukan diri untuk menolong dirinya sendiri dan manusia
sesamanya.
Pada tahun
1896 seorang Pamong Praja Patih R.Aria Wiria Atmaja di Purwokerto mendirikan
sebuah Bank untuk para pegawai negeri (priyayi). Ia terdorong oleh keinginannya
untuk menolong para pegawai yang makin menderita karena terjerat oleh lintah
darat yang memberikan pinjaman dengan bunga yang tinggi. Maksud Patih tersebut
untuk mendirikan koperasi kredit model seperti di Jerman.Cita-cita semangat
tersebut selanjutnya diteruskan oleh De Wolffvan Westerrode, seorang asisten
residen Belanda .
De
Wolffvan Westerrode sewaktu cuti berhasil mengunjungi Jerman dan menganjurkan
akan mengubah Bank Pertolongan Tabungan yang sudah ada menjadi Bank
Pertolongan, Tabungan dan Pertanian.Selain pegawai negeri juga para petani
perlu dibantu karena mereka makin menderita karena tekanan para pengijon. ia
juga menganjurkan mengubah Bank tersebut menjadi koperasi.Di samping itu ia pun
mendirikan lumbung-lumbung desa yang menganjurkan para petani menyimpan pada
pada musim panen dan memberikan pertolongan pinjaman padi pada musim paceklik.
Ia pun berusaha menjadikan lumbung-lumbung itu menjadi Koperasi Kredit Padi.Tetapi
Pemerintah Belanda pada waktu itu berpendirian lain. Bank Pertolongan, Tabungan
dan Pertanian dan Lumbung Desa tidak dijadikan Koperasi tetapi Pemerintah
Belanda membentuk lumbung-lumbung desa baru, bank –bank Desa , rumah gadai dan Centrale
Kas yang kemudian menjadi Bank Rakyat Indonesia (BRI)Semua itu adalah badan
usaha Pemerntah dan dipimpin oleh orang-orang Pemerintah.
Pada tahun 1908, Budi Utomo yang didirikan oleh Dr. Sutomo memberikan peranan
bagi gerakan koperasi untuk memperbaiki kehidupan rakyat Pada tahun 1915 dibuat
peraturan Verordening op de Cooperatieve Vereeniging, dan pada tahun 1927
Regeling Inlandschhe Cooperatieve.
Pada tahun 1927 dibentuk Serikat Dagang Islam, yang bertujuan untuk
memperjuangkan kedudukan ekonomi pengusah-pengusaha pribumi. Kemudian pada
tahun 1929, berdiri Partai Nasional Indonesia yang memperjuangkan
penyebarluasan semangat koperasi.
Namun,
pada tahun 1933 keluar UU yang mirip UU no. 431 sehingga mematikan usaha
koperasi untuk yang kedua kalinya. Pada tahun 1942 Jepang menduduki Indonesia.
Jepang lalu mendirikan koperasi kumiyai. Awalnya koperasi ini berjalan
mulus. Namun fungsinya berubah drastis dan menjadi alat Jepang untuk mengeruk
keuntungan, dan menyengsarakan rakyat Indonesia.
Setelah Indonesia merdeka, pada tanggal 12 Juli 1947, pergerakan koperasi di
Indonesia mengadakan Kongres Koperasi yang pertama di Tasikmalaya. Hari ini
kemudian ditetapkan sebagai Hari Koperasi Indonesia.
Pada zaman Belanda pembentuk koperasi belum dapat terlaksana karena:
1. Belum ada instansi pemerintah ataupun badan non pemerintah yang memberikan
penerangan dan penyuluhan tentang koperasi.
2. Belum ada Undang-Undang yang mengatur kehidupan koperasi.
3. Pemerintah jajahan sendiri masih ragu-ragu menganjurkan koperasi karena
pertimbangan politik, khawatir koperasi itu akan digunakan oleh kaum politik
untuk tujuan yang membahayakan pemerintah jajahan itu.
Koperasi tidak hanya berada di
Indonesia, tetapi juga di negara-negara lain, termasuk di negara-negara maju
(NM). Menurut Kadin-Indonesia (2010) kebaradaan koperasi di NM, seperti di
Eropa Barat dan Amerika Serikat (AS), dapat bersaing dengan
perusahaan-perusahaan besar non-koperasi. Bahkan di sektor pertanian dan
perbankan, banyak koperasi mampu bersaing dan menjadi pemain-pemain besar.
Keberadaan koperasi di Indonesia hingga
saat ini masih ditanggapai dengan pola pikir yang sangat beragam. Hal seperti
itu wajar saja. Sebab, sebagai seperangkat sistem kelembagaan yang menjadi
landasan perekonomian kita, koperasi akan selalu berkembang dinamis mengikuti
berbagai perubahan lingkungan. Dinamika itulah yang mengundang lahirnya
beraneka pola piker tersebut. Gejala seperti itu justru sangat positif bagi
proses pendewasaan koperasi.
Jika kita kembali pada definisi yang
ada, koperasi Indonesia telah diberi devinisi sebagai bentuk lembaga ekonomi
yang berwatak sosial. Dalam lingkup pengertian seperti itu, banyak pihak yang
menafsirkan koperasi Indonesia semata-mata hanya sebagai suatu lembaga dalam
arti yang sempit, yaitu organisasi atau badan hukum yang menjalankan aktivitas
ekonomi dengan tujuan peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Padahal menurut
pasal 33 UUD 1945, koperasi ditetapkan sebagai badan usaha yang sesuai dalam
tata ekonomi kita berlandaskan demokrasi ekonomi. Oleh karena itu seyogyanya
koperasi perlu dipahami secara lebih luas yaitu sebagai suatu kelembagaan yang
mengatur tata ekonomi kita berlandaskan jiwa dan semangat kebersamaan dan
kekeluargaan. Jiwa dan semangat kebersamaan serta kekeluargaan itulah yang
perlu ditempatkan sebagai titik sentral dalam memahami pasal 33 UUD 1945
beserta penjelasannya secara lebih luas dan mendasar.
Dengan pemahaman demikian, jelaslah
bahwa dalam demokrasi ekonomi jiwa dan semangat kebersamaan dan kekeluargaan
juga harus dikembangkan dalam wadah pelaku ekonomi lain, seperti BUMN dan
swasta, sehingga ketiga wadah pelaku ekonomi tersebut dijamin keberadaannya dan
memiliki hak hidup yang sama di negeri ini.
Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan KUMKM, Koperasi
di Indonesia pada periode tahun 2000-2010 mengalami perkembangan yang cukup
signifikan, yaitu :
1. Jumlah koperasi
di Indonesia mengalami kenaikkan hampir 70 persen dan jumlah koperasi yang
sudah melaksanakan RAT mengalami kaikkan sebesar 45 persen lebih.
2. Jumlah
pengelola mengalami kenaikkan sebesar 64 persen, sedangkan jumlah anggota
koperasi hanya mengalami kenaikkan sebesar 6,7 persen.
3. Jumlah modal
koperasi naik 3 kali lipat, volume usaha koperasi naik hampir 3 kali lipat dan
Sisa Hasil Usaha (SHU) kenaikkannya mencapai mencapai 8 kali lipat.
4. Jika dilihat
dari Sisa Hasil Usaha (SHU), pada tahun 2000 total SHU koperasi di Indonesia
sebesar 642,5 milyar rupiah. Pada akhir bulan Maret tahun 2010, jumlah total
SHU naik kurang lebih delapan kali lipat menjadi 5,6 trilyun rupiah.
Tabel 4. SHU Koperasi, PDB, dan Pertmbuhan Ekonomi di
Indonesia, Tahun 2000-2010
Tahun
|
SHU
|
PDB
(harga konstan)
|
PDB
(harga berlaku)
|
Pertumbuhan
|
(Rp
Juta)
|
(Rp
Juta)
|
(Rp
Juta)
|
Ekonomi
(%)
|
|
2000
|
694.502,00
|
398.016.900,00
|
1.264.918.700,00
|
4,8
|
2001
|
3.134.446,41
|
1.442.984.600,00
|
1.684.280.500,00
|
3,6
|
2002
|
988.516,72
|
1.506.124.400,00
|
1.863.274.700,00
|
4,5
|
2003
|
1.871.926,70
|
1.577.171.300,00
|
2.036.351.900,00
|
4,8
|
2004
|
2.164.234,54
|
1.656.517.000,00
|
2.295.826.000,00
|
5,0
|
2005
|
2.198.320,31
|
1.750.815.000,00
|
2.774.281.000,00
|
5,7
|
2006
|
3.216.817,65
|
1.847.127.000,00
|
3.339.217.000,00
|
5,5
|
2007
|
3.470.459,45
|
1.964.327.000,00
|
3.950.893.000,00
|
6,3
|
2008
|
3.964.818,55
|
2.082.316.000,00
|
4.951.357.000,00
|
6,1
|
2009
|
5.303.813,94
|
2.177.700.000,00
|
5.603.900.000,00
|
4,5
|
2010
|
*5.653.745,35
|
2.310.700.000,00
|
6.422.900.000,00
|
6,1
|
Perkembangan
koperasi di Indonesia dalam periode penelitian memang cukup signifikan, tetapi
penanan koperasi dalam perekonomian Indonesia ternyata masih sangat minimm jika dilihat
dari besarnya SHU dalam memberikan kontribusinya terhadap PDB, yaitu kurang dari
3 persen. Padahal dalam UUD 1945, koperasi
yang merupakan ”soko guru perekonomian nasional” termasuk menjadi tiga pilar
utama yang seharusnya menjadi penyangga perekonomian nasional bersama dengan
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Swasta (BUMS).
Fenomena itulah yang melatarbelakangi
penelitian ini, yang berjudul “Analisis Perkembangan Koperasi dan Peranannya
terhadap PDB dan Penyerapan Tenaga Kerjadi Indonesia, Periode 2000-2010”.
Referensi :
http://kwsg.co.id/kwsg-wp/sejarah-perusahaan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar