Sabtu, 25 Juni 2016

Tugas Akuntansi Internasional

Analisis Jurnal 1

Topik / Tema   : Konvergensi IFRS

Judul               : Peluang Manajemen Laba Pasca Konvergensi IFRS : Sebuah Tinjauan Teoritis                           dan Empiris

Nama Peneliti  : Ari Dewi Cahyati

Ringkasan       :
            Di era globalisasi yang ditandai dengan banyak munculnya perusahaan multinasional kebutuhan akan standar akuntansi internasional memang mutlak diperlukan. Pelaporan keuangan transnasional mensyaratkan perusahaan harus memahami praktik akuntansi ditempat perusahaan tersebut berkedudukan. Ketika dunia bisnis dapat dikatakan hamper tanpa batas Negara, sumber daya produksi yang dimiliki oleh seorang investor di satu Negara tertentu dapat dipindahkan dengan masalah ketika standar akuntansi yang dipakai di Negara tersebut berbeda dengan standar akuntansi yang dipakai di Negara lain. Investor dan kreditor serta calon investor dan calon kreditor akan menemui banyak kesulitan dalam memahami laporan keuangan yang disajikan dengan standar yang berbeda-beda. Hal ini mendorong timbulnya standar akuntansi internasional (IFRS) yang dirumuskan oleh IASB (international accounting standard board). Metode yang digunakan riset empiris manajemen laba pasca konvergensi IFRS. Hasilnya konvergensi ke IFRS diharapkan akan membawa dampak positif diantaranya. Dari sisi ekonomi adalah dengan adanya standar yang seragam maka akan mengurangi hambatan investasi lintas Negara dan dari sisi akuntansi adalah meningkatnya kualitas laporan keuangan. Hal sejalan dengan tujuan konvergensi IFRS adalah menjadikan laporan keuangan menghasilkan informasi yang valid untuk aset, hutang, ekuitas, pendapatan dan beban perusahaan, meningkatkan komparabilitas laporan keuangan, menyajikan informasi yang relevan dan reliable serta dapat dimengerti, dan laporan keuangan dapat diterima secara global. Standar IFRS yang berbasis prinsip, lebih condong pada penggunaan nilai wajar, dan pengungkapan yang lebih banyak dan rinci diharapkan dapat mengurangi manajemen laba. Jadi secara teoritis konvergensi IFRS diharapkan mengurangi manajemen laba yang dilakukan perusahaan.

Publikasi Jurnal : UNISMA, Vol. 2 No. 1, Januari 2011.




Analisis Jurnal 2

Topik / Tema   : Standar Akuntansi Keuangan Indonesia

Judul               : Perkembangan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia Menuju International                           Financial Reporting Standards

Nama Peneliti  : Rindu Rika Gamayuni

Ringkasan       :
            Standar akuntansi di Indonesia saat ini belum menggunakan secara penuh (full adoption) standar akuntansi internasional. Standar akuntansi di Indonesia yang berlaku saat ini mengacu pada US GAAP, namun pada beberapa pasal sudah mengadopsi IFRS yang sifatnya harmonisasi. Adopsi yang dilakukan Indonesia saat ini sifatnya belum menyeluruh, baru sebagian (harmonisasi). Era globalisasi saat ini menuntut adanya suatu system akuntansi binternasional yang dapat diberlakukan secara internasional di setiap Negara atau diperlukan adanya harmonisasi terhadap standar akuntansi internasional dengan tujuan agar dapat menghasilkan informasi keuangan yang dapat diperbandingkan mempermudah dalam melakukan analisis kompetitif dan hubungan baik dengan pelanggan, supplier, investor dan kreditor. Namun proses harmonisasi ini memiliki hambatan antara lain nasionalisme dan budaya tiap tiap Negara, perbedaan setiap pemerintahan pada tiap Negara, perbedaan kepentingan antara perusahaan multinasional dengan perusahaan nasional yang sangat mempengaruhi proses harmonisasi antar Negara serta tingginya biaya untuk merubah prinsip akuntansi. Metode yang digunakan PSAK yang mengacu IFRS. Hasilnya adalah pertama, standar Akuntansi Keuangan Indonesia perlu mengadopsi IFRS karena kebutuhan akan info keuangan yang bisa diakui secara global untuk dapat bersaing dan menarik investor secara global. Kedua, adopsi yang dilakukan oleh PSAK Indonesia sifatnya adalah harmonisasi, belum adopsi secara utuh, namun indonesia mencanangkan akan adopsi seutuhnya IFRS pada tahun 2012. Adopsi ini wajib diterapkan terutama bagi perusahaan publik yang bersifat multinasoinal, untuk perusahaan non publik yang bersifat lokal tidak wajib diterapkan. Ketiga, perlu dipertimbangkan lebih jauh lagi sifat adopsi apa yang cocok diterapkan di Indonesia, apakah adopsi secara penuh IFRS atau adopsi IFRS yang bersifat harmonisasi yaitu mengadopsi IFRS disesuaikan dengan kondisi ekonomi, politik, dan sistem pemerintahan di Indonesia. Adopsi secara penuh IFRS akan meningkatkan keandalan dan daya banding informasi laporan keuangan secara internasional, namun adopsi seutuhnya akan bertentangan dengan sistem pajak pemerintahan Indonesia atau kondisi ekonomi dan politik lainnya. Hal ini merupakan rintangan dalam adopsi sepenuhnya IFRS di Indonesia.

Publikasi Jurnal : Universitas Lampung, Vol. 14 No. 2, Juli 2009.


Analisis Jurnal 3

Topik / Tema   : Standar Akuntansi Internasional

Judul               : Peningkatan Standar Akuntansi Internasional (Improvement To International                           Public Sector Accounting Standard)

Nama Peneliti  : Syafri Adnan Baharuddin, Ak., MBA dan Jamason Sinaga, Ak., MAP

Ringkasan       :
            International public sector accounting standards board (IPSASB) merupakan penyusun standar akuntansi internasional untuk sektor public dibawah international federation of accountants (IFAC). Tahun 2005 IPSASB melakukan peningkatan terhadap standar-stadandar yang telah diterbitkan sebelumnya. Di samping melakukan revisi terhadap standar yang ada, IPSASB juga menerbitkan tiga ED lain. Pada tahun 2003 melalui proyek general improvements, IASB menerbitkan revisi IAS. Proyek general improvements bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi alternative, pengulangan yang tidak perlu dan juga berbagai peningkatan lainnya. Tujuan dari revisi IPSAS yang diterbitkan kali ini adalah agar IPSAS konvergen dengan IAS yang diterbitkan tahun 2003 tersebut. Metode yang digunakan exposure draft. Hasilnya adalah IPSASB sebagai penyusun standar akuntansi IFAC untuk sektor publik telah menerbitkan empat exposure draft (ED) dalam kerangka konvergensi standar akuntansi sektor publik (IPSAS) ke standar akuntansi sektor komersial/bisnis (IAS/IFRS). Diakui, kedua sektor ini memang tetap berbeda dari berbagai sudut pandang. Akan tetapi penyusun standar sendiri mengakui adanya perbedaanperbedaan tersebut dengan melampirkan hal-hal yang berbeda di kedua sektor ini. Perbedaan in dibuat dalam bentuk pembandingan antara IPSAS dengan IAS/IFRS dengan judul Comparison to IAS. Setiap ED meminta adanya komentar dan tanggapan untuk itu dalam memberikan komentar dapat diarahkan pada kondisi yang ada di Indonesia. Hal ini penting karena ruang lingkup sektor publik yang dimaksudkan oleh IPSASB adalah sektor pemerintah.

Publikasi Jurnal : Kompartemen Akuntansi Sektor Publik, Januari 2006.

  


ESSAY

MOTIVASI KERJA MAHASISWA JURUSAN AKUNTANSI SETELAH MEMPELAJARI BIDANG-BIDANG AKUNTANSI

            Pada saat ini kita sudah berada dalam Masyarakat Ekonomi Asean dan berpotensi membawa ancaman bagi industri yang belum siap. Salah satu industri tersebut yaitu Jasa Akuntansi. Adanya tantangan dengan berlakunya MEA bagi Akuntan di Indonesia yaitu serbuan tenaga akuntan profesional asing ke Indonesia. Jika Akuntan Profesional Indonesia tidak siap maka akan hanya memperoleh jatah sebagai akuntan pinggiran. Tantangan bagi ASEAN diantaranya persiapan implementasi ASEAN MRA on Accountancy Services, harmonisasi kualifikasi/profesi akuntan ASEAN dan komitmen untuk mencapai tujuan pergerakan bebas barang dan jasa di tahun 2015. Tantangan bagi Organisasi Profesi diantaranya adopsi dan penerapan standar profesi dan best practices, meningkatkan kualitas sertifikasi profesi dan jumlah akuntan sebagai anggota, mempersiapkan infrastruktur pelaksanaan MRA. Tantangan bagi Akuntan diantaranya pemahaman atas standar profesi, akuntansi, audit, dan bidang terkait yang berlaku secara global, peningkatan kualitas individu untuk bersaing secara regional dan global.
            Peluang adanya ASEAN Mutual Recognition Agreement memungkinkan Akuntan Profesional Indonesia berkiprah di kancah ASEAN, adanya MRA dengan asosiasi profesi akuntan dunia, Akuntan Profesional Indonesia diakui oleh PAO dunia, adanya PMK No. 25/PMK.01/2014 banyak peran yang bisa dilakukan oleh Akuntan Profesional Indonesia. Lulusan mahasiswa Akuntansi dari seluruh negara ASEAN rata-rata setiap tahun adalah berjumlah 77.330 orang. Peringkat pertama terbanyak penghasil lulusan Akuntansi adalah Indonesia yang berkontribusi 45 % dari seluruh lulusan mahasiswa Akuntansi ASEAN. Indonesia menghasilkan lebih 35.000 lulusan Akuntansi setiap tahun. Dari penelitian Ibu Khomsiyah dengan pertanyaan banyak akuntan Indonesia ke Negara ASEAN lainnya atau banyak akuntan luar yang masuk ke Indonesia. Hasil penelitian 2015 yang diperoleh dari beberapa Perguruan Tinggi swasta Jakarta yaitu banyak akuntan luar yang masuk ke Indonesia. Dengan alasan kurangnya Bahasa, Keterampilan dan Sikap pada Mahasiswa di Indonesia.

Referensi :

Tulisan ini untuk memenuhi tugas softskills mata kuliah Akuntansi Internasional.

Ditulis oleh      : S. Rahmawati           
Dosen              : Jessica Barus, SE., MMSI.
Universitas Gunadarma

Senin, 09 Mei 2016



I.        STANDAR AUDIT DAN AKUNTANSI GLOBAL

·         HARMONISASI AKUNTANSI INTERNASIONAL
            Harmonisasi merupakan proses untuk menigkatkan kompatibilitas (kesesuaian) praktik akuntansi dengan menentukan batasan-batasan seberapa besar praktik-prkatik tersebut dapat beragam. Standar harmonisasi ini bebas dari konflik logika dan dapat meningkatkan komparabilitas (daya banding) informasi keuangan yang berasal dari berbagai negara.
            Upaya untuk melakukan harmonisasi standar akuntansi telah dilakukan jauh sebelum pembentukan Komite Standar Akuntansi Internasional (IASC)  pada tahun 1973. Harmonisasi akuntansi internasional merupakan salah satu isu terpenting yang dihadapi oleh pembuat standar akuntansi, badan pengatur pasar modal, bursa efek, dan mereka yang menyusun atau menggunakan laporan keuangan. Banyak orang mengartikan istilah harmonisasi dan standarisasi seolah-olah keduanya memiliki arti yang sama. Padahal standardisasi merupakan kebalikan dari harmonisasi. Standardisasi secara umum berarti penetapan satu standar atau aturan tunggal dalam segala situasi. Standardisasi tidak mengakomodasi perbedaan-perbedaan anatar negara, dan oleh karenanya lebih sulit untuk diterapkan secara internasional. Untuk mencapai harmonisasi akuntansi internasional dibutuhkan upaya maksimal melalui perdebatan yang tajam.
Harmonisasi Akuntansi Mencakup Harmonisasi :
1.      Standar akuntansi yang berkaitan dengan pengukuran dan pengungkapan.
2.      Pengungkapan yang dibuat oleh perusahaan - perusahaan publik terkait dengan penawaran surat  berharga dan pencatatan pada bursa efek.
3.      Standar audit.
Keuntungan Harmonisasi Internasional
            Kasus harmonisasi standar akuntansi merupakan kasus yang kuat. Akuntansi memiliki nilai budaya yang relatif rendah. Persaingan di antara pendekatan akuntansi yang berbeda, meskipun tidak terlalu bermanfaat, sebaiknya dalam bentuk tambahan-tambahan pelaporan opsional dan bukan sistem pelaporan dasar, serta penghematan biaya potensial dan manfaat lainnya sangatlah besar. Para pendukung harmonisasi internasional mengemukakan bahwa harmonisasi (bahkan standardisasi) memiliki banyak keuntungan. Beberapa manfaatnya antara lain sebagai berikut :
1.      Pasar modal menjadi global dan modal investasi dapat bergerak di seluruh dunia tanpa hambatan. Standar pelaporan keuangan berkualitas tinggi yang digunakan secara konsisten di seluruh dunia akan memperbaiki efisiensi alokasi modal,
2.      Investor dapat membuat keputusan investasi yang lebih baik; portofolio akan lebih beragam dan risiko keuangan berkurang,
3.      Perusahaan-perusahaan dapat memperbaiki proses pengambilan keputusan strategi dalam bidang merger dan akuisisi,
4.      Gagasan terbaik yang timbul dari aktivitas pembuatan standar dapat disebarkan dalam mengembangkan standar global yang berkualitas tertinggi.
Kritik Atas Standar Internasional
            Internasionalisasi standar akuntansi juga menuai kritik. Pada awal tahun 1971 (sebelum pembentukan IASC), beberapa pihak mengatakan bahwa penentuan standar internasional merupakan solusi yang terlalu sederhana atas masalah yang rumit. Dinyatakan pula bahwa akuntansi, sebagai ilmu sosial, telah memiliki flesibilitas yang terbangun dengan sendiri di dalamnya dan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang sangat berbeda merupakan salah satu nilai terpenting yang dimilikinya. Pada saat standar internasional diragukan dapat menjadi fleksibel untuk mengatasi perbedaan-perbedaan dalam latar belakang, tradisi, dan lingkungan ekonomi nasional, maka beberapa orang berpendapat bahwa hal ini akan menjadi sebuah tantangan yang secara politik tidak dapat diterima terhadap kedaulatan nasional.
            Lebih jauh lagi, ditakutkan bahwa adopsi standar internasional akan menimbulkan standar yang berlebihan. Perusahaan harus merespon terhadap susunan tekanan nasional, politik, social, dan ekonomi yang semakin meningat dan semakin dibuat untuk memenuhi ketentuan internasional tambahan yang rumit dan berbiaya besar. Argumen terkait adalah perhatian politik nasional seringkali berpengaruh terhadap standar akuntansi bahwa pengaruh politik internasional tidak terhindari lagi akan menyebabkan kompromi standar akuntansi.

Rekonsiliasi dan Pengakuan Bersama
            Sejalan dengan penerbitan dan perdagangan saham internasional yang kian berkembang, masalah-masalah yang berhubungan dengan penyerahan laporan keuangan dalam wilayah non domestik menjadi semakin penting. Beberapa pendukung berpendapat bahwa harmonisasi internasional akan membantu menyelesaikan masalah-masalah yang berhubungan dengan isi laporan keuangan lintas batas negara.
            Dua pendekatan lain yang diajukan sebagai solusi yang mungkin digunakan untuk mengatasi permasalahan yang terkait dengan isi laporan keuangan lintas batas:
1.      Rekonsiliasi.
Rekonsiliasi berbiaya lebih rendah bila dibandingkan dengan penyusunan laporan keuangn lengkap berdasarkan prinsip akuntansi yang berbeda.
2.      Pengakuan bersama (yang juga disebut sebagai imbal balik/resiprositas).
Pengakuan bersama terjadi apabila pihak regulator di luar negara asal menerima laporan keuangan perusahaan asing yang didasarkan pada prinsip-prinsip negara asal.
Evaluasi Harmonisasi Akuntansi
            Perdebatan mengenai harmonisasi mungkin tidak akan pernah terselesaikan dengan penuh. Beberapa pendapat yang menentang harmonisasi mengandung sejumlah kebenaran. Namun demikian, semakin banyak bukti menunjukkan bahwa tujuan harmonisasi internasional akuntansi, pengungkapan, dan audit telah diterima begitu luas sehingga tren yang mengarah pada harmonisasi internasional akan berlanjut atau bahkan semakin cepat. Banyak perusahaan yang secara sukarela telah menerapkan (Internasional Financial Reporting Standards-IFRS). Perusahaan-perusahan ini melihat manfaat ekonomi dalam mengadopsi standar akuntansi dan pengungkapan yang kredibel di mata internasional. Bahkan banyak negara telah mengadopsi IFRS secara keseluruhan, menggunakan IFRS sebagai standar nasional atau mengizinkan penerapan IFRS. Hal ini dikarenakan kemajuan dalam harmonisasi pengungkapan dan audit cukup mengesankan.


Penerapan Standar Internasional
            Apabila standar akuntansi diterapkan melalui prosedur politik, hukum, atau aturan, umumnya aturan wajib yang mendorong proses ini. Pihak-pihak yang berkepentingan turut menentukan apa saja aturannya dan bagaimana aturan ini harus diimplementasikan. Standar akuntansi internasional digunakan sebagai hasil dari :
1.      Perjanjian internasional atau politis
2.      Kepatuhan secara sukarela (atau yang didorong secara profesional)
3.      Keputusan oleh badan pembuat standar akuntansi internasional
            Usaha-usaha standar internasional lain dalam bidang akuntansi pada dasarnya dilakukan secara sukarela. Standar-standar ini akan diterima atau tidak tergantung pada orang-orang yang menggunakan standar-standar akuntansi.
Beberapa Peristiwa Penting Dalam Sejarah Penentuan Standar Akuntansi Internasional
·         (1959 - Jacob Kraayenhof), mitra pendiri sebuah firma akuntan independen Eropa yang utama, mendorong agar usaha pembuatan standar akuntansi internasional dimulai.
·         (1961 - Group d’Etudes), yang terdiri dari akuntan professional yang berpraktik, didirikan di Eropa untuk memberikan nasihat kepada pihak berwenang Uni Eropa dalam masalah-masalah yang menyangkut akuntansi.
·         (1966 - Kelompok Studi Internasional Akuntan) didirikan oleh institute professional di Kanada, Inggris, dan Amerika Serikat.
·         (1973 - Komite Standar Akuntansi Internasional) (Internasional Accounting Standard Committee-IASC) didirikan.
·         (1976 - Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi) (Organization for Economic Coorporation and Development-OECD) mengeluarkan Deklarasi Investasi dalam Perusahaan Multinasional yang berisi panduan untuk “Pengungkapan Informasi”.
·         (1977 - Federasi Internasional Akuntan) (International Federation of Accounting-IFAC) didirikan.
·         (1977 - Kelompok Para Ahli) yang ditunjuk oleh Dewan Ekonomi dan Sosial Perserikatan Bangsa-bangsa mengeluarkan laporan yang terdiri dari empat bagian mengenai Standar Internasional Akuntansi dan Pelaporan bagi Perusahaan Transnasional.
·         (1978 - Komisi Masyarakat Eropa) mengeluarkan Direktif Keempat sebagai langkah pertama menuju harmonisasi akuntansi Eropa.
·         (1981 – IASC) mendirikan kelompok konsultatif yang terdiri dari organisasi nonanggota untuk memperluas masukan-masukan dalam pembuatan standar internasional.
·         (1984 - Bursa Efek London) menyatakan bahwa pihaknya berharap agar perusahaan-perusahaan yang mencatatkan sahamnya tetapi tidak didirikan di Inggris atau Irlandia menyesuaikan dengan standar akuntansi internasional.
·         (1987 - Organisasi Internasional Komisi Pasar Modal (IOSCO)) menyatakan dalam konferensi tahunannya untuk mendorong penggunaan standar yang umum dalam praktik akuntansi dan audit.
·         (1989 – IASC) mengeluarkan Draf Eksposure 32 mengenai perbandingan laporan keuangan. Kerangka Dasar untuk Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan diterbitkan oleh IASC.
·         (1995 - Dewan IASC dan Komisi Teknis IOSCO) menyetujui suatu rencana kerja yang penyelesaiannya kemudian berhasil mengeluarkan IAS yang membentuk satu kelompok inti standar yang komprehensif. Keberhasilan dalam penyelesaian standar-standar ini menmungkinkan Komisi Teknis IOSCO untuk merekomendasikan pengesahan IAS dalam pengumpulan Modal lintas batas dan keperluan pencatatan saham di seluruh pasar global.
·         (1995 - Komisi Eropa) mengadopsi sebuah pendekatan daru dalam harmonisasi akuntansi yang akan memungkinkan penggunaan IAS oleh perusahaan-perusahaan yang melakukan pencatatan saham dalam pasar modal internasional.
·         (1996 - Komisi Pasar Modal Amerika Serikat (SEC)) mengumumkan bahwa pihaknya mendukung tujuan IASC untuk mengembangkan, secepat mungkin, standar akuntansi yang dapat digunakan untuk menyusun laporan keuangan yang dapat digunakan dalam penawaran surat berharga lintas batas.
·         (1998 – IOSCO) menerbitkan laporan “Standar Pengungkapan Internasional untuk Penawaran Lintas Batas dan Pencatatan Saham Perdana bagi Emiten Asing”.
·         (1999 - Forum Internasional) untuk Pengembangan Akuntansi (International Forum on Accountancy Development-IFDA) bertemu untuk pertama kalinya pada bulan Juni.
·         (2000 – IOSCO) menerima, secara keseluruhan, seluruh 40 standar inti yang disusun oleh IASC sebagai jawaban atas daftar keinginan IOSCO tahun 1993.
·         (2001 - Komisi Eropa) mengusulkan sebuah aturan yang akan mewajibkan seluruh perusahaan EU yang tercatat sahamnya  pada suatu pasar yang diregulasi untuk menyusun akun-akun konsolidasi sesuai dengan IAS selambatnya tahun 2005.
·         (2001 - Badan Standar Akuntansi Internasional (International Accounting Standars Board-IASB)) menggantikan IASC dan mengambil alih tanggung jawabnya per tanggal 1 April.  Standar IASB disebut sebagai Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS) dan termasuk didalamnya IAS yang dikeluarkan oleh IASC.
·         (2002 - Parlemen Eropa) menyetujui proposal Komisi Eropa bahwa secara nyata seluruh perusahaan EU yang tercatat sahamnya harus mengikuti standar IASB dimulai selambat-lambatnya tahun 2005 dalam laporan keuangan konsolidasi. Negara-negara anggota dapat memperluas ketentuan ini terhadap laporan keuangan perusahaan-perusahaan yang tidak melakukan pencatatan saham dan perusahaan secara individu. Dewan Eropa kemudian mengadopsi aturan yang memungkinkan hal ini tercapai.
·         (2002 - IASB dan FASB) menandatangani “Perjanjian Norwalk” yang berisi komitmen bersama terhadap konvergensi standar akuntansi internasional dan AS.
·         (2003 - Dewan Eropa) menyetujui Direktif EU Keempat dan Ketujuh yang diamandemen, yang menghapuskan ketidakkonsistenan antara direktif lama dengan IFRS.
·         (2003 – IASB) menerbitkan IFRS 1 dan revisi terhadap 15 IAS.
Sekilas Mengenai Organisasi Internasional Utama Yang Mendorong Harmonisasi Akuntansi
            Enam organisasi telah menjadi pemain utama dalam penentuan standar akuntansi internasional dan dalam mempromosikan harmonisasi akuntansi internasional, diantaranya yaitu:
1.      Badan Standar Akuntansi International (IASB), mewakili kepentingan dan organisasi sektor swasta.
2.      Komisi Uni Eropa (EU), kelompok kerja OECD dan ISAR merupakan lembaga (entitas) politik yang memperoleh kekuasaan melalui perjanjian internasional.
3.      Organisasi Internasional Komisi Pasar Modal (IOSCO), mendorong standar aturan yang tinggi, termasuk standar akuntansi dan pengungkapan yang diharmonisasikan untuk perolehan dan perdagangan modal lintas batas.
4.      Federasi Internasional Akuntan (IFAC), kegiatan utamanya meliputi penerbitan panduan teknis dan profesional dan mendorong adopsi pengumuman IFAC dan IASB.
5.      Kelompok Kerja Ahli Antarpemerintah Perserikatan Bangsa-bangsa atas Standar Internasional Akuntansi dan Pelaporan (International Standars of Accounting and Reporting-ISAR), bagian dari Konferensi Perserikatan Bangsa-bangsa dalam Perdagangan dan Pembangunan (United Nations Conference on Trade and Development-UNCTAD)
6.      Kelompok Kerja dalam Standar Akuntansi Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (Kelompok Kerja OEDC)
Badan Standar Akuntansi Internasional
            Badan Standar Akuntansi (IASB), dahulu bernama IASC, merupakan suatu badan pembuat standar rekor swasta yang independen dibangun pada tahun 1973 oleh organisasi akuntansi profesional di sembilan negara dan direstrukturisasi pada tahun 2001. Tujuan IASB antara lain  :
1.      Untuk mengembangkan dalam kepentingan umum, satu set standar akuntansi global yang     berkualitas tinggi, dapat dipahami dan dapat diterapkan yang mewajibkan informasi yang berkualitas tinggi, transparan, dan dapat dibandingkan dalam laporan keuangan,
2.      Untuk mendorong penggunaan dan penerapan standar-standar tersebut yang ketat,
3.      Untuk membawa konvergensi standar akuntansi nasional dan Standar Akuntansi Internasional dan Pelaporan Keuangan Internasional kearah solusi berkualitas tinggi.
Standar Inti IASC dan Persetujuan IOSCO
            IASB (dahulu bernama IASC) telah berupaya untuk mengembangkan standar akuntansi yang akan diterima oleh seluruh badan pengatur surat berharga di dunia. Untuk mewujudkannya, IASC mengadopsi suatu rencana kerja untuk menghasilkan satu set inti standar berkualitas tinggi yang komprehensif. Pada bulan Juli 1995 Komite Teknis IOSCO menyatakan persetujuannya dengan menuangkan rencana kerjanya sebagai berikut :
            Dewan (IASC) telah mengembangkan suatu rencana kerja yang telah disetujui oleh Komite Teknis yang jika berhasil diselesaikan akan menghasilkan IAS yang terdiri dari satu set standar inti yang komprehensif. Penyelesain standar yang komprehensif ini dapat diterima oleh Komite Teknis (IOSCO) memungkinkan persetujuan dari Komite Teknis untuk penggunaan IAS dalam pengumpulan modal dan keperluan pencatatan saham lintas batas di seluruh pasar global.
Struktur IASB yang Baru
            IASB yang direstrukturisasi tersebut bertemu untuk pertamakalinya pada bulan April 2001, setelah direorganisasi, akan mencakup badan berikut:
1.      Badan wali
2.      Dewan IASB
3.      Dewan penasihat standar
4.      Komite interpretasi pelaporan keuangan internasional (IFRIC).
Pengakuan dan Dukungan Bagi IASB
            Pada tahun 1995, Komisi Eropa menyetujui IFRS. Standar Pelaporan Keuangan Internasional saat ini telah diterima secara luas diseluruh dunia. Sebagai contoh, standar-standar itu digunakan oleh banyak negara sebagai dasar ketentuan akuntansi nasional, digunakan sebagai acuan internasional di kebanyakan negara-negara industri utama dan negara-negara pasar berkembang yang membuat standarnya sendiri, diterima oleh banyak bursa efek dan badan regulator yang memperbolehkan perusahaan asing atau domestik untuk menyampaikan laporan keuangan yang disusun menurut IFRS, dan diakui oleh Komisi Eropa dan badan supranasional lainnya. Pada akhirnya, penandatanganan Perjanjian Norwalk tahun 2002 oleh IASB dan Badan Standar Akuntansi Keuangan AS memberi sinyal adanya komitmen badan pembuat standar nasional terhadap konvergensi yang mengarah pada satu set standar akuntansi internasional tunggal di seluruh dunia.

Respons Komisi Pasar Modal Amerika Serikat Terhadap IFRS
            SEC tidak menerima IFRS sebagai dasar laporan keuangan yang diserahkan oleh perusahaan yang mencatat saham pada bursa efek AS. Namun demikian, SEC berada dalam tekanan yang makin meningkat untuk membuat pasar modal AS lebih dapat diakses oleh para pembuat laporan non AS. SEC telah menyatakan dukungan atas tujuan IASB untuk mengembangkan standar akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan yang digunakan dalam penawaran lintas batas. Namun demikian, SEC juga menyatakan bahwa tiga kondisi harus dipenuhi oleh perusahaan sebelum SEC dapat menerima standar IASB, diantaranya :
1.      Standar harus mencakup bagian inti ketentuan akuntansi yang menentukan dasar akuntansi yang komprehensif dan secara umum dapat diterima,
2.      Standar harus berkualitas tinggi, menghasilkan daya banding dan transparansi, serta memberikan pengungkapan penuh,
3.      Standar harus diinterpretasikan dan diterapkan dengan ketat.
Perbandingan antara IFRS dan Isi Prinsip Akuntansi Komprehensif Lainnya
            Terdapat berbagai analisis yang membandingkan IFRS dengan isi prinsip akuntansi lainnya. Hal ini didukung, dengan adanya motivasi untuk dilakukannya analisis ini. Kebanyakan para regulator dan pembuat standar diberbagai negara ingin mengetahui tingkat kesesuaian antara prinsip negara asal dan IFRS, sejauh mana prinsip-prinsip di negara asal harus direvisi agar menjadi sesuai dengan IFRS atau sejauh mana IFRS dapat diterima dengan menggunakan standar negara asal sebagai acuan.
Uni Eropa
            Pada tahun 1957, Traktat Roma mendirikan Uni Eropa dengan maksud untuk mengharmonisasikan sistem hukum dan ekonomi negara-negara anggotanya. Per bulan Mei 2004, Uni Eropa terdiri dari 25 negara anggota (Austria, Belgia, Siprus, Republik Ceko, Denmark, Estonia, Finlandia, Prancis, Jerman, Yunani, Hongaria, Irlandia, Italia, Latvia, Lithuania, Luksemburg, Malta, Belanda, Polandia, Portugal, Slowakia, Slovenia, Spanyol, Swedia, dan Inggris).
            Salah satu tujuan Uni Eropa adalah untuk mencapai integrasi pasar keuangan eropa. Untuk tujuan ini, EC telah memperkenalkan direktif dan mengambil langkah inisiatif yang sangat besar untuk mencapai pasar tunggal bagi:
1.      Perubahan modal dalam tingkat Uni Eropa,
2.      Membuat kerangka dasar hukum untuk pasar surat berharga dan derivatif yang terintegrasi,
3.      Mencapai satu set standar akuntansi tunggal untuk perusahaan-perusahaan yang sahamnya tercatat.
            Komite Eropa kemudian menyusun program besar penyelarasan hukum perusahaan segera setelah komite ini dibentuk. Pedoman Komite Eropa kini menaungi seluruh aspek hukum perusahaan. sebagian pedoman memiliki hubungan langsung dengan akuntansi. Banyak pengamat menganggap Pedoma Keempat, Ketujuh, dan Kedelapan sebagai pedoman yang terpenting jika dilihat dari segi sejarah dan isinya.
Direktif Keempat, Ketujuh, dan Kedelapan
            Direktif Uni Eropa Keempat, yang dikeluarkan tahun 1978, merupakan susunan aturan akuntansi yang paling luas dan paling mencakup segala hal dalam kerangka kerja Uni Eropa. Baik perusahaan negeri maupun swasta di atas kriteria ukuran minimum tertentu haruslah penuh.
            Direktif Ketujuh, yang dikeluarkan tahun 1983, membahas masalah laporan keuanagan Konsolidasi. Saat itu, laporan keuangan konsolidasi merupakan pengecualian. Laporan tersebut tadinya merupakan norma-norma di Irlandia, Belanda, dan Inggris, dan Jerman yang menuntut konsolidasi anak perusahaan Jerman.
            Direktif Kedelapan, yang dikeluarkan tahun 1984, menyentuh beragam aspek kualifikasi orang berwenang dan professional untuk melakukan audit yang secara hukum dibutuhkan (statutory). Intinya, pedoman ini menerapkan kualifikasi minimum bagi auditor. Kualifikasi ini menuntut audtor yang berpendidikan dan terlatih serta independen.


Apakah Upaya Harmonisasi Uni Eropa Telah Berhasil ?
            Pedoman keempat dan ketujuh memiliki dampak yang dramatis terhadap pelaporan keuangan di seluruh Uni Eropa, yang membawa akuntansi disemua negara anggotanya menuju level yang baik dan seragam. Uni Eropa menyelaraskan penyampaian akun laba dan rugi da neraca serta menambahkan informasi tambahan minimum, terutama pengungkapan dampak peraturan pajak terhadap hasil yang dilaporkan.Hal ini mempercepat perkembangan akuntansi di negara negara Uni Eropa dan juga mempengaruhi akuntansi di negara tetangga yang bukan anggota Uni Eropa.
            Namun keberhasilan usaha penyelarasan Uni Eropa menjadi perdebatan.Sebagai contoh, negara negara anggota umumnya tidak mengesampingkan peraturan akuntansi yang ada di negara mereka saat mengadopsi pedoman Uni Eropa. Hal yang terjadi adalah, negara negara tersebut menyesuaikan peraturan baru terhadap peraturan  mereka yang telah ada. Masalah lainnya adalah sejumlah mana negara negara anggota mematuhi pedoman yang ada.
Masalah Pedoman Audit Statutory Uni Eropa Sarbanes Oxley Act
Komite Audit
            Diharuskan untuk perusahaan yang terdaftar. Menunjuk atau membubarkan audit. Setidaknya satu anggota harus indepnden. Setidaknya satu anggot harus memiliki keahlian finansial. Diharuskan untuk perusahaan yang terdaftar. Menunjuk dan membubarkan auditor. Komite harus independen. Setidaknya satu anggota harus memiliki keahlian finansial. Juga mengharuskan prosedur bagi komplain dari pengawas.
Kontrol Internal
            Firma audit harus melaporkan mengenai masalah utama yang muncul dari audit, terutama kelemahan dalam control. Sama, persyaratan lebih terperinci.



Pengawasan Publik terhadap Auditor
            Setiap negara anggota harus menunjuk satu badan pengawas untuk auditornya. Public Company Accounting Oversight Board (PCAOB)  mengawasi audit di perusahaan negara, mendirikan standar untuk auditing, control kualitas, etik dan indepedensi firma audit.
Firma vs Rotasi Rekanan
            Rekanan audit utama bergantu setiap tujuh tahun, dengan pilihan rotasi frima audit negara anggotanya. Kepala rekanan audit harus berganti setiap lima tahun.
·         Standar Auditing
·         Standar Internasional tentang audit
·         Standar PCAOB
Pendekatan Baru Uni Eropa dan Integrasi Pasar Keuangan Eropa
            Pada tahun 1995 EC mengadopsi pendekatan baru terhadap harmonisasi akuntansi yang dikenal dengan sebutan Strategi Akuntansi Baru. EC juga menekankan agar Uni Eropa memperkuat komitmennya terhadap proses penentuan standar internasional, yang menawarkan solusi paling efisien dan cepat untuk masalah-masalah yang dihadapi perusahaan yang beroperasi dalam skala internasional. Pengesahan IFRS oleh EC dimulai pada tahun 2003 melalui adopsi seluruh standar dan interpretasi IASB yang ada, yaitu Standar 1 mengenai Informasi Keuangan. Standar ini berisi 21 prinsip yang ditunjukan untuk mengembangkan dan mengimplementasikan pendekatan yang sama penegakan IFRS diseluruh Uni Eropa.
Organisasi Internasional Komisi Pasar Modal (IOSCO)
            International Organization Of Securities Commisions (IOSCO) terdiri atas regulator sekuritas yang berasal lebih dari 100 negara. IOSCO bertujuan untuk :
·         Berkerja sama bersama untuk memajukan praturan standar tinggi agar dapat memelihara pasar yang adil, efisein, dan baik.
·         Bertukar informasi tentang pengalaman setiap negara guna memajukan perkembangan pasar domestic
·         Menyatukan usaha setiap negara untuk membuat standard dan pengawasan yang tepat terhada transaksi sekuritas di setiap Negara
·         Saling membantu memajukan integritas pasar dengan menerapkan standar standar secara teliti dengan menindak segala pelanggaran
·         Saling membantu memajukan integritas pasar dengan menerapkan standar standar secara teliti dengan menindak segala pelarangan
            Secara bersama, anggota IOSCO bertanggung jawab mengatur lebih dari 90% pasar sekuritas global. Seiring makin mendunianya pasar keuangan, kerja sama lintas batas antar regulator sekuritas berubah menjadi tujuan yang penting bagi organisasi.
            IOSCO telah bekerja secara ekstensif terhadap pengungkapan dan standar akuntansi internasional untuk memfasilitasi kemampuan setiap perusahaan dalam menngkatkan modal secara efisein di pasar sekuritas dunia. Tahun 1998, IOSCO menerbitkan susunan standar pengungkapan non finansial yang akhirnya memungkinkan perusahaan untuk menggunakan prospectus dalam menawarkan atau mendaftarkan saham di pasar modal besar di sleuruh dunia,.Regulator sekuritas di sleuruh dunia makin marak mengadopsi standar ini.
            Komite teknis IOSCO memusatkan perhatian pada pengungkapan dan akuntansu multinasional. Tujuan utamanya adalah memfasilitasi proses dimana penerbit efek kelas dunia dapat menambah modal dimana tuntutan investor dapat terjawab. IOSCO bekerja sama dengan IASB, salah satu kegiatannya adalah menyediakan input terhadap proyek IASB. IOSCO telah mengesahkan IFRS untuk penawaran sekuritas lintas batas
Federasi Internasional Akuntan (IFAC)
            IFAC merupakan organisasi tingkat dunia yang memiliki 159 organisasi anggota di 118 negara, yang mewakili lebih dari 2,5 juta orang akuntan. Didirikan tahun 1977, dimana misinya adalah untuk mendukung perkembangan profesi akuntansi dengan harmonisasi standar sehingga akuntan dapat memberikan jasa berkualitas tinggi secara konsisten demi kepentingan umum.
            Majelis IFAC, yang bertemu setiap 2.5 tahun, memiliki seorang perwakilan dari setiap organisasi anggota IFAC. Majelis ini memiliki suatu dewan, yang terdiri dari para individu yang berasal dari 18 negara yang dipilih untuk masa 2.5 tahun. Dewan ini, yang bertemu 2 kali setiap tahunnya, menetapkan kebijakan IFAC dan mengawasi operasinya. Administrasi harian dilakukan oleh Sekretariat IFAC yang berlokasi di New York, yang memiliki staf professional akuntansi dari seluruh dunia.
            Kebanyakan pekerjaan profesional IFAC dialakukan melalui komite tetap. Pada saat penulisan buku ini, komite tetap terdiri dari:
1.      Badan Standar Audit dan Asuransi Internasional
2.      Kesesuaian
3.      Pendidikan
4.      Etika
5.      Akuntan Profesional dalam Bisnis
6.      Sektor Publik
7.      Auditor Tradisional
            Kelompok Kerja Antar Pemerintah Perserikatan Bangsa-Bangsa Untuk Pakar Dalam Standar Internasional Akuntansi dan Pelaporan (ISAR). Pada tahun 1982, dibentuknya ISAR yang merupakan satu-satunya kelompok kerja antar pemerintah yang membahas mengenai akuntansi dan audit pada tingkat perusahaan. Tugas spesifiknya adalah untuk mendorong harmonisasi standar akuntansi nasional bagi perusahaan. ISAR mewujudkan tugas tersebut melalui pembahasan dan pengesahan praktik terbaik, termasuk yang diusulkan oleh IASB. ISAR merupakan pendukung awal atas pelaporan lingkungan hidup dan sejumlah inisiatif terbaru berpusat pada tata kelola perusahaan dan akuntansi untuk perusahaan berukuran kecil dan menengah.
Organisasi Untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD)
            OECD merupakan organisasi internasional Negara-negara industri maju yang berorientasi ekonomi pasar. Dengan keanggotaan yang terdiri dari Negara-negara industri maju yang lebih besar, OECD sering menjadi lawan yang tangguh terhadap badan-badan lain (seperti PBB atau Konfederasi Internasional Persatuan Perdagangan Bebas) yang memiliki kecenderungan untuk melakukan tindakan yang bertentangan dengan kepentingan anggota-anggotanya

Contoh Perusahaan yang Menerapkan Harmonisasi Akuntansi Internasional
            Dalam laporan keuangan tahunan periode 2015 perusahaan The Coca Cola Company, dapat menunjukkan praktik penerapan harmonisasi akuntansi internasional. Diantaranya terdapat bagian dihalaman 144 mengengenai opini auditor. Bahwa dikemukakan Laporan keuangan perusahaan The Coca Cola Company telah disusun sesuai dengan IFRS. Seperti kutipan yang diambil dari laporan keuangan tahunan periode 2015 perusahaan The Coca Cola Company :
            We conducted our audits in accordance with the standards of the Public Company Accounting Oversight Board (United States). Those standards require that we plan and perform the audit to obtain reasonable assurance about whether the financial statements are free of material misstatement. An audit includes examining, on a test basis, evidence supporting the amounts and disclosures in the financial statements. An audit also includes assessing the accounting principles used and significant estimates made by management, as well as evaluating the overall financial statement presentation. We believe that our audits provide a reasonable basis for our opinion.
            In our opinion, the consolidated financial statements give a true and fair view of the assets and liabilities and of the financial position of the Group as at December 31, 2015, and of the results of its operations for the year then ended in accordance with International Financial Reporting Standards as adopted by the European Union.

II.     MANAJEMEN RISIKO KEUANGAN
          Tujuan utama manajemen risiko keuangan adalah untuk menimbulkan potensi kerugian yang timbul dari perubahan tak terduga dalam harga mata uang, kredit,komoditas, dan ekuitas. Risiko volatilitas harga yang dihadapi ini dikenal sebagai risiko pasar. Sebagai contoh, sebuah perusahaan di Swedia yang menerbitkan saham baru bagi investor domestik mungkin memandang risiko pasar sebagai eksposur terhadap kenaikan saham. Kenaikan harga saham yang tidak terduga tersebut tidak diinginkan jika perusahaan penerbit saham semestinya dapat mengeluarkan jumlah lembar saham yang lebih sedikit untuk memperoleh jumlah uang tunai yang sama dengan cara menunda penerbitan saham selama beberapa saat.
Peranan Akuntansi
            Akuntansi manajemen memainkan peranan yang penting dalam proses risiko manajemen. Mereka membantu dalam mengidentifikasikan eksposur pasar, mengkuantisifisikasi keseimbangan yang terkait dengan strategi respons risiko alternatif, mengukur potensi yang dihadapi perusahaan terhadap risiko tertentu, mencatat produk lindung nilai tertentu dan mengevaluasi efektivitas program lindung nilai.
Manajemen Risiko di Dunia dengan Kurs Mengambang
            Banyak pergerakan harga yang telah dibahas sebelumnya saling berkaitan satu sama lain. Di bab ini, analisis yang dilakukan dibatasi pada potensi risiko harga tertentu yaitu : perubahan kurs valuta asing. Risiko kurs valuta asing (valas) adalah salah satu bentuk risiko yang paling umum dan akan dihadapi oleh perusahaan multinasional. Selain itu, konsep manajemen risiko suku bunga, harga komoditas, dan harga ekuitas.
Dalam dunia kurs mengambang, manajemen risiko mencakup :
1.      antisipasi pergerakan kurs
2.      pengukuran risiko kurs valuta asing yang dihadapi perusahaan
3.      perancangan strategi perlindungan yang memadai
4.      pembuatan pengendalian manajemen risiko internal. Semua ini akan dibahas berikut ini
Peramalan atas Perubahan Kurs
            Dalam mengembangkan program manajemen risiko nilai tukar, manajer keuangan harus memiliki informasi mengenai kemungkinan arah, waktu, dan magnitudo perubahan kurs. Karena menyadari prospek kurs sebelumnya, manajer keuangan dapat menyusun ukuran-ukuran defensif memadai dengan lebih efisien dan efektif. Namun demikian apakah mungkin untuk memprediksi pergerakan mata uang dengan akurat tetaplah sebuah masalah.
            Informasi yang sering kali digunakan dalam membuat peramalan kurs (yaitu depresiasi mata uang) berkaitan dengan perubahan dalam faktor-faktor berikut ini :
1.      Perbedaan inflasi (inflation differential). Bukti menunjukkan bahwa laju inflasi yang lebih tinggi di suatu negara, cenderung akan diimbangi dalam beberapa waktu dengan pergerakan dengan nilai yang setara tetapi berlawanan dalam nilai mata uangnya.
2.      Kebijakan moneter (monetery policy). Suatu peningkatan dalam pasokan uang suatu negara yang melebihi laju pertumbuhan riil hasil keluaran nasional mendorong timbulnya inflasi, yang memengauhi kurs.
3.      Neraca perdagangan (balance of trade). Pemerintah sering kali memanfaatkan devaluasi mata uang untuk menyelesaikan neraca perdagangan yang tidak menguntungkan (yaitu apabila ekspor <impor).
4.      Neraca pembayaran (balance of payment). Suatu negara yang menghabiskan (mengimpor) dan berinvestasi lebih banyak di luar dari pada yang dihasilkan atau diterimanya dalam bentuk investasi luar negeri akan mengalami tekanan penurunan nilai mata uangnya.
5.      Cadangan moneter dan kapasitas utang luar negeri. Suatu negara yang mengalami defisit neraca pembayaran terus menerus dapat mengantisipasi terjadinya devaluasi dengan menurunakan tabungan (yaitu jumlah cadangan moneter internasional) atau menurunkan kapasitas pinjaman luar negerinya.Karena jumlah sumber daya ini menurun , kemungkinan terjadinya devaluasi meningkat.
6.      Anggaran nasional. Defisit yang disebabkan oleh pengeluaran pemerintah yang sangat besar juga memperburuk inflasi.
7.      Kurs forward. Suatu mata uang asing yang dapat diperoleh untuk penyerahan di masa depan dengan tingkat diskonto yang signifikan menandakan berkurangnya kepercayaan terhadap mata uang tersebut.
8.      Kurs tidak resmi. Peningkatan dalam selisih antara kurs resmi dan tidak resmi atau kurs pasar gelap menunjukkan tekanan yang makin meningkat terhadap pemerintah untuk menyesuaikan kurs resminya dengan kurs pasar yang lebih realistik.
9.      Perbedaan suku bunga. Perbedaan suku bunga antara dua negara menunjukkan prediksi perubahan dalam kurs spot pada masa mendatang.
10.  Harga opsi ekuitas luar negeri. Karena arbitrase mengaitkan suatu harga ekuitas luar negeri di negara asal dengan nilai mata uang domestik, perubahan dalam harga opsi suatu ekuitas asing dalam mata uang domestik menandakan perubahan dalam ekspetasi pasar terhadap kurs valuta asing di masa depan.
Manajemen Potensi Risiko
            Menyusun struktur permasalah perusahaan untuk meminimalkan pengaruh buruk kurs memerlukan informasi mengenai potensi terhadap risiko valas yang dihadapi. Potensi terhadap risiko valas timbul apabila perusahaan kurs valas juga mengubah nilai aktiva bersih, laba dan arus kas suatu perusahaan. Pengukuran akuntansi tradisional terhadap potensi risiko valas ini berpusat pada dua jenis potensi risiko : translasi dan transaksi.
·         Potensi Risiko Translasi
            Potensi risiko translasi mengukur pengaruh perubahan kurs valas terhadap nilai ekuivalen mata uang domestik atas aktiva dan kewajiban dalam mata uang asing yang dimiliki oleh perusahaan. Sebagai contoh, sebuah induk perusahaan AS yang mengoperasikan anak perusahaan yang dimiliki sepenuhnya di Ekuador (dengan mata uang fungsional dolar AS) mengalami perubahan nilai dolar atas aktiva moneter bersih di Ekuador jika nilai tukar sucre Ekuador mengalami perubahan relatif terhadap dolar. Karena jumlah dalam mata uang asing umumnya ditranslasikan ke dalam nilai ekuivalen mata uang domestik untuk tujuan pengawasan manajemen atau pelaporan keuangan eksternal. Pengaruh translasi ini menimbulkan dampak langsung terhadap laba yang dilaporkan. Aktiva atau kewajiban mata uang asing menghadapi potensi risiko kurs jika suatu perubahan dalam kurs menyebabkan nilai ekuivalen dalam mata uang induk perusahaan berubah.
·         Potensi Risiko Transaksi
            Potensi risiko transaksi. Potensi risiko transaksi berkaitan dengan keuntungan dan kerugian nilai tukar valuta asing yang timbul dari penyelesaian transaksi yang ber denominasi dalam mata uang asing. Tidak seperti keuntungan dan kerugian translasi, keuntungan dan kerugian transaksi memiliki dampak langsung terhadap arus kas.
            Laporan potensi risiko transaksi multi mata uang untuk anak perusahaan Filipina disajikan dalam tampilan 11-8. Laporan ini berisi pos pos yang umumnya tidak muncul dalam laporan keuangan konvesional tetapi menimbulkan keuntungan dan kerugian transaksi, seperti kontrak forward mata uang asing, komitmen pembelian dan penjualan masa depan dan sewa guna usaha jangka panjang. Laporan potensi risiko ini tidak memasukkan pos-pos yang tidak secara langsung berkaitan dengan transaksi mata uang asing (seperti kas ditangan).
Strategi Perlindungan
            Sekali potensi risiko kurs yang dihadapi dapat diidentifikasikan, langkah berikutnya adalah merancang strategi lindung nilai untuk meminimalkan atau menghilangkan potensi risiko tersebut. Strategi ini mencakup lindung nilai neraca, operasional, dan kontraktual.
·         Lindung Nilai Neraca
            Lindung nilai neraca dapat mengurangi potensi risiko yang dihadapi perusahaan dengan menyesuaikan tingkatan dan nilai denominasi moneter aktiva dan kewajiban perusahaan yang terpapar. Sebagai contoh, saldo kas yang meningkat dalam mata uang asing dapat mengimbangi penurunan tingkat suku bunga dan pendapatan yang berasal dari instrumen berpendapatan tetap di pasar lokal. Pada tampilan 11-6, lindung nilai secara natural terhadap potensi risiko positif sebesar $115 juta dapat meningkatkan pinjaman anak perusahaan Fillipina dalam peso sebesar $115 juta. Dalam kasus ini, jumlah kas yang dipinjam harus dikembalikan kepada induk perusahaan atau diinvestasikan pada aktiva yang tidak terpapar, karena apabila tidak posisi aktiva terpapar bersih tidak akan berubah. Metode lindung nilai potensi risiko perusahaan positif lainnya dalam sebuah anak perusahaan yang berlokasi di negara yang rentan terhadap devaluasi meliputi :
1.      Mempertahankan saldo kas dalam mata uang lokal sebesar tingkat minimum yang diperlukan untuk mendukung operasi yang berjalan.
2.      Mengembalikan laba yang di atas jumlah yang diperlukan untuk ekspansi modal kepada induk perusahaan.
3.      Mempercepat penerimaan dari piutang dagang yang beredar dalam mata uang lokal.
4.      Menunda pembayaran utang dalam mata uang lokal.
5.      Mempercepat pembayaran utang dalam mata uang asing
6.      Mengiventasikan kelebihan utang tunai ke dalam persediaan dan aktiva lainnya dalam mata uang lokal yang tidak terlalu terpengaruh oleh kerugian devaluasi
7.      Beriventasi dalam aktiva di luar negeri dengan mata uang yang kuat.
·         Lindung Nilai Operasional
            Bentuk perlindungan risiko ini berfokus pada variabel-variabel yang memengaruhi pendapatan dan beban dalam mata uang asing. Melalui peningkatan harga jual (untuk penjualan yang ditagih dalam mata uang yang rentan terhadap devaluasi) secara proposional terhadap perkiraan depresiasi mata uang ini akan membantu perlindungan target margin kotor. Salah satu variasi atas hal ini adalah dengan menagih penjualan dalam mata uang keras. Pengendalian biaya yang lebih ketat memungkinkan margin keselamatan yang lebih besar terhadap potensi kerugian mata uang. Contoh terakhir misalnya lindung nilai struktural, lindung ini mencakup relokasi tempat manufaktur untuk mengurangi potensi risiko yang dihadapi perusahaan atau mengubah negara yang menjadi sumber bahan mentah atau komponen manufaktur.
            Lindung nilai neraca dan operasional bukannya tanpa biaya. Anak perusahaan luar negeri yang berada di negara yang rentan terhadap devaluasi sering kali didesak untuk meminimalkan saldo modal kerja mereka yang ada dalam mata uang lokal (khususnya kas dan piutang), dan secara bersamaan meningkatkan saldo utang dalam mata uang lokal. Sayangnya tindakan seperti itu sering kali tidak menguntungkan. Kenaikan potensi ekspor yang berasal dari devaluasi mungkin memerlukan lebih banyak modal kerja dan bukan lebih sedikit. Biaya peluang berupa hilangnya penjualan dapat jauh melebihi kerugian translasi. Juga, pinjaman dalam mata uang lokal sebelum devaluasi mungkin saja sangat mahal. Anak perusahaan asing lainnya umumnya memiliki ide yang serupa pada saat yang bersamaan dan akibatnya sistem perbankan lokal dapat memenuhi permintaan seperti itu hanya dengan  biaya yang sangat mahal. Lagi pula, kredit bank selama periode tersebut biasanya sangat jarang diperoleh karena kebanyakan negara menerapkan pembatasan kredit yang sangat ketat untuk mengatasi masalah yang menyebabkan tekanan devaluasi pada tempat yang pertama. Biaya pinjaman dalam kondisi seperti ini sering kali melebihi perlindungan yang ada.
·         Lindung Nilai Kontraktual
            Berbagai instrumen lindung nilai kontraktual telah dikembankan untuk memberikan fleksibilitas yang lebih besar kepada para manajer dalam mengelola potensi risiko valuta asing yang dihadapi. Kebanyakan instrumen keuangan ini adalah derivatif dan bukan merupakan instrumen dasar. Instrumen keuangan dasar, seperti perjanjian pembelian kembali (piutang), obligasi, dan modal saham, memenuhi definisi akuntansi konvensional untuk aktiva, kewajiban, dan ekuitas pemilik. Instrumen derivatif merupakan perjanjian kontraktual yang memberikan hak atau kewajiban khusus dan memperoleh nilainya dari instrumen keuangan atau komoditas lainnya. Banyak di antaranya didasarkan pada peristiwa yang bersifat kontijensi. Akibatnya, kebanyakan tidak memiliki lagi karakteristik yang sama dengan instrumen yang menjadi dasarnya. Sebagai contoh adalah swap berbasis mata uang lintas negara dengan pokok senilai $100 juta. Di sini produk derivatif merupakan janji untuk mempertukarkan perbedaan pembayaran bunga yang timbul, tetapi berdiri secara independen, dari jumlah pokok atau nominal suatu pinjaman terkait yang menjadi dasar kontrak itu. Jika suku bunga mengambang lebih besar dari suku bunga tetap, salah satu pihak akan berutang kepada pihak lain perbedaan antara dua jenis suku bunga itu. Besarnya jumlah yang terutang akan bergantung pada pergerakan suku bunga. Pasar untuk derivatif merupakan pasar perdagangan global selama 24 jam yang umumnya terdiri dari kalangan perbankan. Penjual derivatif di seluruh dunia terkoneksi melalui sistem elektronik dan telekomunikasi yang sangat rumit dan canggih      
Akuntansi untuk Produk Lindung Nilai
            Produk lindung nilai kontraktual merupakan kontrak atau instrument keuangan yang memungkinkan penggunaannya untuk meminimalkan, menghilangkan, atau paling tidak mengalihkan resiko pasar pada pundak pihak lain. Produk ini mencakup antara lain kontrak forward, future, swap, opsi dan gabungan dari ketiganya, tetapi tidak terbatas hanya pada keempat hal ini. Sementara banyak dari instrument derivative ini telah menjadi semakin paling dasar atau sederhana dari instrument ini.
            Perlakuan akuntansi untuk derivative keuangan yang telah diterima sevar internasional adalah menetapkan nilai produk menurut pasar dengan timbul keuntungan atau kerugin yang diakui sebagai bagian dari laba nonoperasi. Setidaknya di Amerika Serikat, terdapat pengecualian mencakup hal hal berikut :
1.      Pos-pos yang sedang dilindung nilai menimbulkan resiko pasar yang harus dihadapi perusahaan
2.      Perusahaan mendeskripsikan strategi lindung nilai
3.      Perusahaan menentukan instrument yang akan digunakan untuk lindung nilai
4.      Perusahaan mencatat alasannya mengapa lindung nilai yang dilakukan kemungkinan besar akan efektif dilakukan.
            Jika kriteria yang memadai tersebut dapat dipenuhi, maka perusahaan dapat menggunakan keuntungan atau kerugian yang diakui dari penilaian produk lindung nilai terhadap nilai pasar utnuk menghapuskan keuntungan atau kerugian dari transaksi yang dilindungi nilai (sebagai contoh penjualan atau pembelian).

Kontrak Forward Valas
            Sejumlah importir dan eksportir secara umum menggunakan kontrak forward valuta asing apabila barang yang ditagihkan dalam mata uang asing itu dibeli dari atau dijual kepada pihak asing. Kontrak forward mengimbangi resiko keuntungan atau kerugian transaksi karena kurs berfluktuasi diantara tanggal transaksi dan tanggal penyelesaian. Kontrak forward juga melindungi nilai antisipasi utang atau piutang dalam mata uang asing dan dapat digunakan untuk berspekulasi dalam mata uang asing. Disisi lain kontrak forward ini lebih fleksibel dalam jumlah dan durasi.
            Kontrak forward valuta erupakan perjanjian untuk mengirimkan atau menerima jumlah mata uang tertentu yang dipertukarkan dengan mata uang domestic, pada suatu tanggal di masa mendatang, berdasarkan kurs tetap yang disebut sebagai kurs forward. Perbedaan antara kurs forward dan kurs spot yang berlaku pada tanggal kontrak forward menimbulkan adanya premium (apabila kurs forward > kurs spot) atau diskon (kurs forward < kurs spot). Tingkat premium dan diskon yang dikalikan dengan jumlah mata uang asing yang akan diterima atau jumlah nominal kontrak yang akan diserahkan menghasilkan premium atau diskonto atas kontrak forward.
Future Keuangan
            Suatu kontrak future keuangan memiliki sifat yang mirip dengan kontrak forward. Seperti halnya forward, future merupakan komitmen utuk membeli atau menyerahkan sejumlah mata uang asing pada suatu tanggal tertentu di masa depan dengan harga yang sudah ditentukan. Atau dengan cara lain, future juga digunkana untuk penyelesaian tunai selain penyerahan, dan dapat dibatalkan sebelum pengiriman dengan melakukan kontrak penyeimbang untuk instrument keuangan yang sama.
            Berkebalikan dari kontrak forward, perjanjian future merupakan kontrak dalam bentuk standar, yang berisi provisi standar terkait dengan ukuran dan tanggal pengiriman, dan diperdagangkan pada sebuah bursa terorganisir, diniliai berdasarkan nilai pasar pada akhir tia-tiap hari dan arus memenuhi ketentuan margin periodik. Kerugian atas atas future ini menimbulkan penambahan margin (margin call) sedangkan keuntungan menimbulkan pembayaran tunai.
            Para bendaharawan perusahaan umumnya menggunakan kontrak future untuk megalihkan resiko perubahan harga kepada pihak lain. Kontrak ini juga dapat digunkan untuk berspekulasi dalam antisipasi pergerakan harga dan untuk memanfaatkan animali jangka pendek dalam penetapan harga kontrak future.
Opsi mata uang
            Opsi mata uang memberikan hak kepada pembeli untuk membeli (call) atau menjual (put) suatu mata uang dari pihak penjual (pembuat) berdasarkan harga (eksekusi) tertentu pada atau sebelum tanggal kadaluarsa (eksekusi) yang telah ditentukan. Opsi jenis Eropa hanya dapat di eksekusi pada tanggal kadaluarsa. Opsi jenis Amerika dapat dieksekusi kapan saja hingga tanggal kadaluarsa. Pembeli opsi call membayar premium untuk opsi dan manfaatnya jika harga aktifa yang mendasari lebih tinggi daripada harga eksekusi pada saat jatuh tempo; pembeli opsi put memperoleh manfaat jika harga menurun dibawah harga eksekusi saat tanggal kadaluarsa. Opsi mata uang juga dapat digunakan untuk mengelola laba.
            Straddle merupakan penjualan call dan put dalam termin yang sama. Disini pembuat opsi melakukan pertaruhan bahwa kurs tidak akan berubah banyak selama masa opsi. Pembuat opsi memperoleh pendapatan dari premium yang diterima dari pembuatan opsi. Namun demikian, ini merupakan strategi yang beresiko tinggi. Jika kurs berubah dalam jumlah yang cukup sehingga menyebabkan satu atau kedua opsi tadi dieksekusi, maka potensi kerugian pembuat opsi menjadi tidak terbatas.

Swap Mata Uang
            Swap mata uang mencakup pertukaran saat ini dan dimasa depan atas dua mata uang yang berbeda berdasarkan kurs yang telah di tentukan sebelumnya. Swap mata uang memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan akses terhadap pasar modal yang sebelum tidak dapat diakses dengan biaya yang relative rendah. Swap ini juga memungkinkan perusahaan untuk melakukan lindung nilai terhadap resiko kurs yang timbul dari kegiatan usaha internasional. Sebagai contoh, misalkan Alpha Corporation (sebuah perusahaan multinasional di AS) bermaksud untuk mendapatkan pinjamin berbunga tetap sebesar $10.000.000 dalam pound Inggris untuk mendanai sebuah perusahaan afiliasi barunya di London. Alpha relative tidak dikenal di kalangan investor inggris. 
Perlakuan Akuntansi
            FASB menerbitkan FAS No. 133, yang diklarifikasi melalui FAS 149 pada bulan April 2003, untuk memberikan pendekatan tunggal yang komprehensif atas akuntansi untuk transaksi derivative dan lindung nilai. IFRS (dahulu IAS) NO.39, yang baru saja direvisi, berisi panduan yang untuk pertama kalinya memberikan tuntunan yang universal terhadap akuntansi untuk derivative keuangan. Ameskipun kedua standar ini meiliki nada yang sama, terdapat perbedaan diantara keduanya dalam hal banyaknya detail tuntunan implementasi.
            Sebelum kedua standar ini dibuat, standar akuntansi global untuk produk derivative tidak lengkap, tidak konsisten dan dikembangkan secara bertahap. Situasi penuh kehati-hatian dirasakan oleh para pembaca laporan keuangan yang berupa untuk mengukur volume dan resiko penggunaan derivative. Provisi dasar standar ini adalah:
1.      Seluruh intrumen derivative dicatat pada neraca sebagai aktiva dan kewajiban. Instrument derivative dicatat sebesar nilai wajarnya, termasuk yan melekat pada kontrak utama yang tidak dicatat sebesar nilai wajarnya.
2.      Keuntungan dan kerugian dari perubahan dalam nilai wajar instrument derivative bukanlah aktiva atau kewajiban. Secara otomatis, keduanya diakui sebagai laba jika direncanakan sebagai lindung nilai. Terdapat tiga jenis hubungan lindung nilai yang hendak diakui , diukur, dan diungkapkan : lindung nilai wajar yang mencakup aktiva dan kewajiban dalam mata uang asing yang diakui dan komitmen perusahaan dalam mata uang asing, lindung nilai investasi bersih dalam operasi luar negeri (NI) dan lindung nilai arus kas yang mencakup transaksi berdenominasi valas yang diperkirakan akan terjadi.
3.      yaitu keuntungan atau kerugian atas instrument lindung nilai secara tepat harus mengimbangi keuntungan atau kerugian sesuatu yang dilindungi nilai.
4.      Hubungan lindung nilai atas aktiva atau kewajiban dalam mata uang asing yang diakui dan komitmen perusahaan dalam mata uang asing yang belum diakui, keuntungan atau kerugian yan timbul dari perubahan nilai wajar instrument derivative dimasukkan segera sebagai laba. Perubahan dalam nilai aktiva, kewajiban atau komitmen perusahaan dalam mata uang asing yang sedang dilindung nilai juga diakui dalam laba kini.
5.      Keuntungan atau kerugian dari Investasi bersih dalam mata uang asing pada awalnya dicatat dalam laba komprehensif lainnnya. Selanjutnya, direklasifikasikan ke dalam laba berjalan jika anak perusahaan tersebut dijual atau dilikuidasi.
6.      Keuntungan atau kerugian dari lindung nilai terhadap arus kas masa depan yang belum pasti, seperti perkiraan penjualan ekspor, pada awalnya diakui sebagai bagian dari laba diperkirakan terjadi itu memengaruhi laba.
Isu Praktik
            Meskipun aturan penuntun yang dikeluarkan oleh FASB dan IASB telah banyak mengklarifikasi pengakuran dan pengukuran derivative, masih saja terdapat beberapa masalah. Yang pertama berkaitan dengan penentuan nilai wajar . Wallace menyebutkan terdapat 64 kemungkinan perhitungan untuk mwngukur perubahan dalam nilai wajar resiko yang seang dilindung nlai; nilai pasar wajar, penggunn kurs spot nilai tukar ke-kurs spot lainnya, penggunaan kurs forward nilai tukar ke kurs forward nilai tukar lainnya, dan penggunaan model penentuan harga opsi. Terdapat banyak cara untuk menghitung perubahan dalam nilai investasi lindung nilai. Akhirnya, perhitungan ini dapat dilakukan baik sebelum atau sesudah pajak. Kompleksitas pelaporan keuangan juga semakin meningkat jika lindung nilai dianggap tidak sangat efektif untuk mengimbangi resiko valas. Namun demikian istilah sangat efektif ini merupakan sesuatu yang subjektif. FASB merekomendasikan kisaran sebesar 80-120%. Jika hubungan ini tidak terpenuhi lindung nilai  dihentikan dan keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan sebelumnya diakui dalam laba berjalan. Pada gilirannya, ini akan memunculkan kembali volatilitas yang tidak diinginkanke dalam arus laba yang dilaporkan perusahaan. Sebenarnya, lindung nilai yang sangat efektif tidak akan mampu menghilangkan seluruh pengaruh perubahan valas terhadap laba. Berikutnya ada beberapa perlakuan akuntansi tertentu untuk kontrak forward  yang digunakan sebagai tampila lindung nilai:
·         Lindung nilai atas aktiva, kewajiban yang diakui atau komitmen perusahaan yang belum diakui
·         Lindung nilai investasi bersih dalam operasi luar negeri
            Kapan saja sebuha anak perusahaan luar negeri yang memiliki posisi aktiva bersih terpapar jika nilai mata uang asing mengalami penurunan relative terhadap mata uang induk perusahaan. Salah satu cara untuk meminimalkan kerugian ini adalah dengan membeli kontrak forward. Strategi ini berarti menggunakan keuntungan transaksi yang direalisasikan dari kontrak forward unutk mengimbangi kerugian translasi.
·         Berspekulasi dalam mata uang asing
            Terdapat peluang untuk meningkatkan laba dilaporkan dengan menggunakan kontrak forward dan opsi dalam pasar valas. Perlakuan akutansi untuk instrument mata uang asing lainnya yang dibahas adalah mirip dengan perlakuan untuk kontrak forward. Perlakuan akuntansi didasarkan pada sifat aktivitas lindung nilai; yaitu apakah derivative melndungi nilai komitmen perusahaan, transaksi yang akan terjadi, investasi bersih pada operasi luar negeri, dan sebagainya. Kesulitan dalam pengukuran nilai wajar dan perubahan dalam nilai instrument lindung nilai terjadi apabila derivative keuangan tidak diperdagangkan secara aktif.
·         Pengungkapan
            Sebelum dikeluarkan standar seperti FAS 133 dan IAS 39, pengungkapan keuangan perusahaan tidak memberi tahu kepada pembaca apakah atau sejauh mana manajemen telah mengggunakan kontrak derivative. Melakukan analisis atas pengaruh potensial kontrak derivative terhadap kinerja yang dilaporkan dan terhadap karakteristik risik suatu perusahaan merupakan hal yang sukar dilakukan. Pengungkapan itu antara lain:
1.      Tujuan dan startegi manajemen resiko untuk melakukan transaksi lindung nilai
2.      Deskripsi pos-pos yang dilindungi nilai
3.      Identifikasi resiko pasar dari pos-pos yang dilindungi nilai
4.      Deskripsi mengenai instrument lindung nilai
5.      Jumlah yang tidak dimasukkan dala penilaian efektivitas lindung nilai
6.      Justifikasi awal bahwa hubungan lindung nilai tersebut akan sangat efektif untuk meminimalkan  resiko pasar
7.      Penilaian berjalan mengenai efektivitas lindung nilai actual dari seluruh derivative yang digunakan selama periode berjalan

·         Kendali keuangan
            Setiap strategi manajemn resiko keuangan harus mengevaluasi efektifitas program lindung nilai. Umpan balik dari sistem evaluasi yang berjalan akan membantu untuk menyusun pengalaman kelembagaan dalam praktik manajemen resiko. Penilaian kinerja program manajemen resiko juga memberikan informasi mengenai kapan strategi yang ada sudah tidak lagi tepat utnuk dilakukan.
·         Poin poin Pengendalian Keuangan
            Sistem evaluasi kinerja terbukti bermanfaat dalam berbagai sektor. Setor ini mencakup, tetapi tidak terbatas pada, bagian treasuri perusahaan, pembelian dan anak perusahaan luar negeri. Control terhadap bagian treasuri perusahaan mencakup pengukuran kinerja seluruh program manajemen resiko nilai tukar, mengidentifikasi lindung nilai yang digunakan, dan pelaporan hasil lindung nilai. Sistem evaluasi tersebut juga mencakup dokumentasi atas bagaimana dan sejauh apa bagian treasuri perusahaan membantu unit usaha lainnya dalam organisasi itu.
·         Acuan yang tepat
            Objek dari manajemen resiko adalah untuk mencapai keseimbangan antara pengurangan resiko dan biaya. Dengan demikian, standar yang tepat yang digunakan untuk menilai kinerja actual merupakan bagian yang diperlukan dalam setiap sistem penilaian kinerja. Acuan ini perlu diperjelas di bagian awal sebelum pembuatan program perlindungan dan harus didasarkan pada konsep biaya kesempatan.
            Jika program manajemen resiko valas tersentralisasi, maka acuan yang tepat dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan program perlindungan resiko perusahaan merupakan program yang dapat diimplementasikanoleh manajer setempat.
·         Sistem Pelaporan
            Sistem pelaporan resiko keuangan harus dapat merekonsiliasi sitem pelaporan internal dan eksternal. Kegiatan manajemen resiko memiliki orientasi ke depan. Namun demikian, pada akhirnya mereka harus merekonsiliasikan dengan pengukuran potensi resiko dan akun-akun keuangan untuk keperluan pelaporan eksternal. Hal ini umumnya merupakan wilayah kekuasaan departemen kontroler perusahaan. Pendekatan tim merupakan cara yang efektif dalam merumuskan tujuan resiko keuangan, standar kinerja, serta sistem pengawasan dan pelaporan. Manajemen resiko keuangan merupakan contoh utama dimana keuangan perusahaan dan akuntansi sangat berkaitan erat.

Referensi :
Choi, Frederick D.S., dan Gary K. Meek. 2010 International Accounting: Akuntansi Internasional Buku 1 Edisi 6. Jakarta: Salemba Empat.
Laporan Keuangan Tahunan The Coca Cola Company 2015 : www.coca-colacompany.com

Tulisan ini untuk memenuhi tugas softskills mata kuliah Akuntansi Internasional.

Ditulis oleh      : S. Rahmawati
                          R. Aulia
Dosen              : Jessica Barus, SE., MMSI.
Universitas Gunadarma