Perkembangan
Strategi dan Perencanaan Pembangunan Ekonomi Indonesia
Anggota
Kelompok :
1. Indah Wahyuningtyas (23212678)
2. Hardiyanti Puji Hatuti (23212305)
3. Kamalia Purwitaningsih (24212019)
4. Sandy Lifiasyani M (26212815)
5. Siti Rahmawati (27212083)
Kelas :
1EB17
Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi
Universitas Gunadarma Bekasi
A.
MACAM–MACAM STRATEGI PEMBANGUNAN
INDONESIA
Salah satu konsep penting yang perlu diperhatikan dalam
mempelajari perekonomian suatu negara adalah mengetahui tentang strategi
pembangunan ekonomi. Beberapa strategi pembangunan ekonomi yang dapat
disampaikan adalah :
1. Strategi Pertumbuhan
Strategi
pembangunan ekonomi suatu negara akan terpusat pada upaya pembentukan modal,
serta bagaimana menanamkannya secara seimbang, menyebar, terarah dan memusat,
sehingga dapat menimbulkan efek pertumbuhan ekonomi. Selanjutnya bahwa
pertumbuhan ekonomi akan dinikmati oleh golongan lemah melalui proses merambat
ke bawah (trickle – down – effect ) pendistribusian kembali. Jika terjadi
ketimpangan atau ketidakmerataan hal tersebut merupakan syarat terciptanya
pertumbuhan ekonomi. Kritik paling keras dari strategi yang pertama ini adalah
bahwa pada kenyataan yang terjadi adalah ketimpangan yang semakin tajam.
2. Strategi Pembangunan dengan
Pemerataan
Inti dari konsep
strategi ini adalah dengan ditekankannya peningkatan pembangunan melalui teknik
sosial engineering, seperti halnya melalui penyusunan perencanaan induk, dan
paket program terpadu.
3. Strategi Ketergantungan
Tidak sempurnanya
konsep strategi pertama dan kedua mendorong para ahli ekonomi mencari
alternatif lain sehingga pada tahun 1965 muncul strategi pembangunan dengan
nama strategi ketergantungan. Inti dari konsep strategi ketergantungan adalah :
·
Kemiskinan
di negara – negara berkembang lebih disebabkan karena adanya ketergantungan
negara tersebut dari pihak atau negara lainnya.
·
Teori
ketergantungan ini kemudian dikritik oleh Kothari dengan mengatakan “Teori
ketergantungan tersebut memang cukup relevan, namun sayangnya telah menjadi
semacam dalih terhadap kenyataan dari kurangnya usaha untuk membangun
masyarakat sendiri (Self Development).
4. Strategi yang Berwawasan Ruang
Strategi ini
dikemukakan oleh Myrdall dan Hirschman, yang mengemukakan sebab – sebab kurang
mampunya daerah miskin berkembang secepat daerah yang lebih kaya atau lebih
maju. Menurut mereka, kurang mampunya daerah miskin berkembang secepat daerah
maju dikarenakan kemampuan atau pengaruh pendistribusian dari kaya ke miskin
(Spread Effects) lebih kecil daripada terjadinya aliran sumber daya dari daerah
miskin ke daerah kaya (Back-wash-effects). Perbedaan pandangan kedua tokoh
tersebut adalah, bahwa Myrdall tidak percaya bahwa keseimbangan daerah kaya dan
miskin akan tercapai. Sedangkan Hirschman, mempercayai pandangan tersebut
walaupun baru akan tercapai dalam jangka panjang.
5. Strategi Pendekatan Kebutuhan Pokok
Sasaran dari
strategi ini adalah menanggulangi kemiskinan secara massal. Strategi ini
selanjutnya dikembangkan oleh Organisasi Perburuhan Sedunia (ILO) pada tahun
1975, dengan menekankan bahwa kebutuhan pokok manusia tidak mungkin dapat
dipenuhi jika pendapatan masih rendah akibat kemiskinan yang bersumber pada
pengangguran. Oleh karena itu sebaiknya usaha-usaha diarahkan pada penciptaan
lapangan kerja, peningkatan kebutuhan pokok dan sejenisnya.
B.
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi
Strategi Pembangunan
Dalam melakukan pembangunan suatu negara atau bangsa
diperlukan strategi yang bagus untuk mencapai hasil yang memuaskan. Tetapi di
dalam strategi itu pasti ada faktor – faktor yang memperngaruhinya. Faktor –
faktor tersebut adalah :
1.
Sumber
Daya Alam ( SDA ), adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam
pembangunan ekonomi, jika SDA mencukupi dan dimanfaatkan sebaik-baiknya,
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi suatu negara akan .
2.
Sumber
Daya Manusia ( SDM ), merupakan salah satu faktor berikutnya yang sangat
penting untuk pembangunan ekonomi, jika semakin baik SDM, maka akan semakin cepat
jalannya suatu pembangunan.
3.
Tenaga
Ahli, disini tenaga ahli bisa di samakan dengan SDM, tetapi tenaga ahli adalah
SDM yang dilatih dan di didik sehingga lebih mempunyai skill dan keterampilan.
4.
Teknologi,
merupakan faktor yang dapat mempengaruhi pembangunan, karena penggunaan
teknologi yang semakin canggih akan mempercepat pertumbuhan dan pembangunan
suatu bangsa atau negara.
C.
STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI
INDONESIA
1.
Mengembangkan
koridor pembangunan ekonomi Indonesia dengan cara membangun pusat-pusat
perekonomian di setiap pulau. Selain mengembangkan klaster industri berbasis
sumber-sumber superior. Baik komoditas maupun sektor. Koridor pembangunan
ekonomi Indonesia terbagi dalam empat tahap :
·
Mengindentifikasikan
pusat-pusat perekonomian, misalnya ibukota provinsi.
·
Menentukan
kebutuhan pengubung antara pusat ekonomi tersebut, seperti trafik barang.
·
Validasi
untuk memastikan sejalan dengan pembangunan nasional, yakni pengaturan area
tempat tinggal dengan sistem infrastruktur serta fasilitas.
·
Menentukan
hubungan lokasi sektor fokus, guna menunjang fasilitas. Misalnya menghubungkan
area pertambangan dengan kawasan pemrosesnya.
2. Memperkuat hubungan nasional baik
secara lokal maupun internasional. Hal ini bisa mengurangi biaya transaksi,
menciptakan sinergi antara pusat-pusat pertumbuhan dan menyadari perlunya
akses-akses ke sejumlah layanan. Seperti intra dan inter-konektivitas antara
pusat pertumbuhan serta pintu perdagangan dan pariwisata internasional. Integrasi
ekonomi merupakan hal terbaik untuk mencapai keuntungan langsung dari
konsentrasi produksi. Serta dalam jangka panjang, meningkatkan standar
kehidupan. Saat ini, aktivitas ekonomi Indonesia terpusat di kota-kota,
khususnya Jawa dan Sumatra. Fasilitas transportasi yang bisa menyebabkan area
industri tak menjangkau pelosok. Pada jangka pendek, proyek-proyek yang perlu
dibangun di Jawa adalah TransJawa, TransJabodetabek, kereta jalur dua, Tanjung
Priok. Pembangunan tersebut diharapkan bisa berdampak langsung mengurangi
kemiskinan di Jawa yang melebihi 20 juta jiwa, dua kali populasi miskin Sumatra
yang sekitar tujuh juta jiwa. Pembangunan infrastruktur di Jawa bisa
mempercepat pertumbuhan ekonomi.
3. Mempercepat kapabilitas teknologi dan
ilmu pengetahuan nasional atau Iptek. Selain tiga strategi utama ini, juga ada
beberapa strategi pendukung seperti kebijakan investasi, perdagangan dan
finansial. Beberapa elemen utama di sektor Iptek adalah meningkatkan kualitas
pendidikan termasuk pendidikan kejuruan tinggi serta pelatihannya. Meningkatkan
level kompetensi teknologi dan sumber daya ahli. Peningkatan aktivitas riset
dan pengembangan, baik pemerintah maupun swasta, dengan memberikan insentif
serta menaikkan anggaran. Kemudian mengembangkan sistem inovasi nasional,
termasuk pembiayaannya. Saat ini, masalah utama yang dihadapi adalah kemampuan
riset dan pengembangan yang digunakan untuk mencari solusi teknologi. Kemampuan
pengguna untuk menyerap teknologi yang ada. Serta transaksi antara riset dan
pengembangan sebagai pemasok solusi teknologi dengan penggunanya tak terbangun
dengan baik.
D. PERENCANAAN PEMBANGUNAN
1. Manfaat Perencanaan Pembangunan
Fungsi atau manfaat perencanaan yaitu, sebagai penuntun arah,
minimalisasi ketidakpastian, minimalisasi inefisiensi sumber daya, dan
penetapan standar dalam pengawasan kualitas. Adapun syarat perencanaan harus
memiliki, mengetahui, dan memperhitungkan:
· Tujuan akhir yang dikehendaki.
· Sasaran-sasaran dan prioritas untuk
mewujudkannya (yang mencerminkan pemilihan dari berbagai alternatif).
· Jangka waktu mencapai sasaran-sasaran
tersebut.
· Masalah-masalah yang dihadapi.
· Modal atau sumber daya yang akan
digunakan serta pengalokasiannya.
· Kebijakan – kebijakan untuk
melaksanakannya.
· Individu, organisasi, atau badan
pelaksananya.
· Mekanisme pemantauan, evaluasi, dan
pengawasan pelaksanaannya.
2. Periode Perencanaan Pembangunan
Perjalanan dokumen perencanaan pembangunan nasional sebagai
kompas pembangunan sebuah bangsa, perkembangannya secara garis besar dapat
dilihat dalam beberapa periode yakni :
· Dokumen Perencanaan Periode 1958-1967
Pada masa
pemerintahan presiden Soekarno (Orde Lama) antara tahun 1959-1967, MPR
Sementara (MPRS) menetapkan sedikitnya tiga ketetapan yang menjadi dasar
perencanaan nasional yaitu TAP MPRS No.I/MPRS/1960 tentang Manifesto Politik
republik Indonesia sebagai Garis-Garis Besar Haluan Negara, TAP MPRS
No.II/MPRS/1960 tentang Garis-Garis Besar Pola Pembangunan Nasional Semesta
Berencana 1961-1969, dan Ketetapan MPRS No.IV/MPRS/1963 tentang Pedoman-Pedoman
Pelaksanaan Garis-Garis Besar Haluan Negara dan Haluan Pembangunan.
· Dokumen Perencanaan Periode 1968-1998
Landasan bagi
perencanaan pembangunan nasional periode 1968-1998 adalah ketetapan MPR dalam
bentuk GBHN. GBHN menjadi landasan hukum perencanaan pembangunan bagi presiden
untuk menjabarkannya dalam bentuk Rencana Pembangunan Lima Tahunan (Repelita),
proses penyusunannya sangat sentralistik dan bersifat Top-Down, adapun lembaga
pembuat perencanaan sangat didominasi oleh pemerintah pusat dan bersifat
ekslusif. Pemerintah Daerah dan masyarakat sebagai subjek utama out-put
perencanaan kurang dilibatkan secara aktif. Perencanaan dibuat secara seragam,
daerah harus mengacu kepada perencanaan yang dibuat oleh pemerintah pusat
walaupun banyak kebijakan tersebut tidak bisa dilaksanakan di daerah. Akibatnya
mematikan inovasi dan kreatifitas daerah dalam memajukan dan mensejahterakan
masyarakatnya. Distribusi anggaran negara ibarat piramida terbalik, sedangkan
komposisi masyarakat sebagai penikmat anggaran adalah piramida seutuhnya.
· Dokumen Perencanaan Periode 1998-2000
Pada periode ini
yang melahirkan perubahan dramatis dan strategis dalam perjalanan bagsa
Indonesia yang disebut dengan momentum reformasi, juga membawa konsekuensi
besar dalam proses penyusunan perencanaan pembangunan nasional, sehingga di
periode ini boleh dikatakan tidak ada dokumen perencanaan pembangunan nasional
yang dapat dijadikan pegangan dalam pembangunan bangsa, bahkan sewaktu
pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid terbersit wacana dan isu menyangkut
pembubaran lembaga Perencanaan Pembangunan Nasional, karena diasumsikan lembaga
tersebut tidak efisien dan efektif lagi dalam konteks reformasi.
· Dokumen Perencanaan Periode 2000-2004
Pada sidang umum
tahun 1999, MPR mengesahkan Ketetapan No.IV/MPR/1999 tentang Garis-Garis Besar
Haluan Negara Tahun 1999-2004. Berbeda dengan GBHN-GBHN sebelumnya, pada GBHN
tahun 1999-2004 ini MPR menugaskan Presiden dan DPR untuk bersama-sama
menjabarkannya dalam bentuk Program Pembangunan Nasional (Propenas) dan Rencana
Pembangunan Tahunan (Repeta) yang memuat APBN, sebagai realisasi ketetapan
tersebut, Presiden dan DPR bersama-sama membentuk Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2000 tentang Program Pembangunan Nasional 2000-2004. Propenas menjadi acuan bagi
penyusunan rencana pembangunan tahunan (Repeta), yang ditetapkan tiap tahunnya
sebagai bagian Undang-Undang tentang APBN. sedangkan Propeda menjadi acuan bagi
penyusunan Rencana Pembangunan Tahunan Daerah (Repetada).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar