Analisis
Jurnal 1
Topik / Tema :
Konvergensi IFRS
Judul :
Peluang Manajemen Laba Pasca Konvergensi IFRS : Sebuah Tinjauan Teoritis dan Empiris
Nama Peneliti :
Ari Dewi Cahyati
Ringkasan :
Di era globalisasi yang ditandai dengan banyak munculnya
perusahaan multinasional kebutuhan akan standar akuntansi internasional memang
mutlak diperlukan. Pelaporan keuangan transnasional mensyaratkan perusahaan
harus memahami praktik akuntansi ditempat perusahaan tersebut berkedudukan.
Ketika dunia bisnis dapat dikatakan hamper tanpa batas Negara, sumber daya
produksi yang dimiliki oleh seorang investor di satu Negara tertentu dapat
dipindahkan dengan masalah ketika standar akuntansi yang dipakai di Negara
tersebut berbeda dengan standar akuntansi yang dipakai di Negara lain. Investor
dan kreditor serta calon investor dan calon kreditor akan menemui banyak
kesulitan dalam memahami laporan keuangan yang disajikan dengan standar yang
berbeda-beda. Hal ini mendorong timbulnya standar akuntansi internasional
(IFRS) yang dirumuskan oleh IASB (international accounting standard board).
Metode yang digunakan riset empiris manajemen laba pasca konvergensi IFRS.
Hasilnya konvergensi ke IFRS diharapkan akan membawa dampak positif
diantaranya. Dari sisi ekonomi adalah dengan adanya standar yang seragam maka
akan mengurangi hambatan investasi lintas Negara dan dari sisi akuntansi adalah
meningkatnya kualitas laporan keuangan. Hal sejalan dengan tujuan konvergensi
IFRS adalah menjadikan laporan keuangan menghasilkan informasi yang valid untuk
aset, hutang, ekuitas, pendapatan dan beban perusahaan, meningkatkan
komparabilitas laporan keuangan, menyajikan informasi yang relevan dan reliable
serta dapat dimengerti, dan laporan keuangan dapat diterima secara global.
Standar IFRS yang berbasis prinsip, lebih condong pada penggunaan nilai wajar,
dan pengungkapan yang lebih banyak dan rinci diharapkan dapat mengurangi
manajemen laba. Jadi secara teoritis konvergensi IFRS diharapkan mengurangi
manajemen laba yang dilakukan perusahaan.
Publikasi Jurnal : UNISMA,
Vol. 2 No. 1, Januari 2011.
Analisis
Jurnal 2
Topik / Tema :
Standar Akuntansi Keuangan Indonesia
Judul :
Perkembangan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia Menuju International Financial Reporting Standards
Nama Peneliti :
Rindu Rika Gamayuni
Ringkasan :
Standar akuntansi di Indonesia saat ini belum menggunakan
secara penuh (full adoption) standar akuntansi internasional. Standar akuntansi
di Indonesia yang berlaku saat ini mengacu pada US GAAP, namun pada beberapa
pasal sudah mengadopsi IFRS yang sifatnya harmonisasi. Adopsi yang dilakukan
Indonesia saat ini sifatnya belum menyeluruh, baru sebagian (harmonisasi). Era
globalisasi saat ini menuntut adanya suatu system akuntansi binternasional yang
dapat diberlakukan secara internasional di setiap Negara atau diperlukan adanya
harmonisasi terhadap standar akuntansi internasional dengan tujuan agar dapat
menghasilkan informasi keuangan yang dapat diperbandingkan mempermudah dalam
melakukan analisis kompetitif dan hubungan baik dengan pelanggan, supplier,
investor dan kreditor. Namun proses harmonisasi ini memiliki hambatan antara
lain nasionalisme dan budaya tiap tiap Negara, perbedaan setiap pemerintahan
pada tiap Negara, perbedaan kepentingan antara perusahaan multinasional dengan
perusahaan nasional yang sangat mempengaruhi proses harmonisasi antar Negara
serta tingginya biaya untuk merubah prinsip akuntansi. Metode yang digunakan
PSAK yang mengacu IFRS. Hasilnya adalah pertama, standar Akuntansi Keuangan
Indonesia perlu mengadopsi IFRS karena kebutuhan akan info keuangan yang bisa
diakui secara global untuk dapat bersaing dan menarik investor secara global. Kedua,
adopsi yang dilakukan oleh PSAK Indonesia sifatnya adalah harmonisasi, belum
adopsi secara utuh, namun indonesia mencanangkan akan adopsi seutuhnya IFRS
pada tahun 2012. Adopsi ini wajib diterapkan terutama bagi perusahaan publik
yang bersifat multinasoinal, untuk perusahaan non publik yang bersifat lokal
tidak wajib diterapkan. Ketiga, perlu dipertimbangkan lebih jauh lagi sifat
adopsi apa yang cocok diterapkan di Indonesia, apakah adopsi secara penuh IFRS
atau adopsi IFRS yang bersifat harmonisasi yaitu mengadopsi IFRS disesuaikan
dengan kondisi ekonomi, politik, dan sistem pemerintahan di Indonesia. Adopsi
secara penuh IFRS akan meningkatkan keandalan dan daya banding informasi
laporan keuangan secara internasional, namun adopsi seutuhnya akan bertentangan
dengan sistem pajak pemerintahan Indonesia atau kondisi ekonomi dan politik
lainnya. Hal ini merupakan rintangan dalam adopsi sepenuhnya IFRS di Indonesia.
Publikasi Jurnal : Universitas
Lampung, Vol. 14 No. 2, Juli 2009.
Analisis
Jurnal 3
Topik / Tema :
Standar Akuntansi Internasional
Judul :
Peningkatan Standar Akuntansi Internasional (Improvement To International Public Sector Accounting Standard)
Nama Peneliti :
Syafri Adnan Baharuddin, Ak., MBA dan Jamason Sinaga, Ak., MAP
Ringkasan :
International public sector
accounting standards board (IPSASB) merupakan penyusun standar akuntansi
internasional untuk sektor public dibawah international federation of
accountants (IFAC). Tahun 2005 IPSASB melakukan peningkatan terhadap standar-stadandar
yang telah diterbitkan sebelumnya. Di samping melakukan revisi terhadap standar
yang ada, IPSASB juga menerbitkan tiga ED lain. Pada tahun 2003 melalui proyek
general improvements, IASB menerbitkan revisi IAS. Proyek general improvements bertujuan
untuk menghilangkan atau mengurangi alternative, pengulangan yang tidak perlu
dan juga berbagai peningkatan lainnya. Tujuan dari revisi IPSAS yang
diterbitkan kali ini adalah agar IPSAS konvergen dengan IAS yang diterbitkan
tahun 2003 tersebut. Metode yang digunakan exposure draft. Hasilnya adalah IPSASB
sebagai penyusun standar akuntansi IFAC untuk sektor publik telah menerbitkan
empat exposure draft (ED) dalam kerangka konvergensi standar akuntansi sektor
publik (IPSAS) ke standar akuntansi sektor komersial/bisnis (IAS/IFRS). Diakui,
kedua sektor ini memang tetap berbeda dari berbagai sudut pandang. Akan tetapi
penyusun standar sendiri mengakui adanya perbedaanperbedaan tersebut dengan
melampirkan hal-hal yang berbeda di kedua sektor ini. Perbedaan in dibuat dalam
bentuk pembandingan antara IPSAS dengan IAS/IFRS dengan judul Comparison to
IAS. Setiap ED meminta adanya komentar dan tanggapan untuk itu dalam memberikan
komentar dapat diarahkan pada kondisi yang ada di Indonesia. Hal ini penting
karena ruang lingkup sektor publik yang dimaksudkan oleh IPSASB adalah sektor pemerintah.
Publikasi Jurnal : Kompartemen
Akuntansi Sektor Publik, Januari 2006.
ESSAY
MOTIVASI KERJA MAHASISWA JURUSAN
AKUNTANSI SETELAH MEMPELAJARI BIDANG-BIDANG AKUNTANSI
Pada saat ini kita sudah berada
dalam Masyarakat Ekonomi Asean dan berpotensi membawa ancaman bagi industri
yang belum siap. Salah satu industri tersebut yaitu Jasa Akuntansi. Adanya
tantangan dengan berlakunya MEA bagi Akuntan di Indonesia yaitu serbuan tenaga
akuntan profesional asing ke Indonesia. Jika Akuntan Profesional Indonesia
tidak siap maka akan hanya memperoleh jatah sebagai akuntan pinggiran. Tantangan
bagi ASEAN diantaranya persiapan implementasi ASEAN MRA on Accountancy
Services, harmonisasi kualifikasi/profesi akuntan ASEAN dan komitmen untuk
mencapai tujuan pergerakan bebas barang dan jasa di tahun 2015. Tantangan bagi
Organisasi Profesi diantaranya adopsi dan penerapan standar profesi dan best
practices, meningkatkan kualitas sertifikasi profesi dan jumlah akuntan sebagai
anggota, mempersiapkan infrastruktur pelaksanaan MRA. Tantangan bagi Akuntan
diantaranya pemahaman atas standar profesi, akuntansi, audit, dan bidang
terkait yang berlaku secara global, peningkatan kualitas individu untuk
bersaing secara regional dan global.
Peluang adanya ASEAN Mutual
Recognition Agreement memungkinkan Akuntan Profesional Indonesia berkiprah di
kancah ASEAN, adanya MRA dengan asosiasi profesi akuntan dunia, Akuntan
Profesional Indonesia diakui oleh PAO dunia, adanya PMK No. 25/PMK.01/2014
banyak peran yang bisa dilakukan oleh Akuntan Profesional Indonesia. Lulusan
mahasiswa Akuntansi dari seluruh negara ASEAN rata-rata setiap tahun adalah
berjumlah 77.330 orang. Peringkat pertama terbanyak penghasil lulusan Akuntansi
adalah Indonesia yang berkontribusi 45 % dari seluruh lulusan mahasiswa
Akuntansi ASEAN. Indonesia menghasilkan lebih 35.000 lulusan Akuntansi setiap
tahun. Dari penelitian Ibu Khomsiyah dengan pertanyaan banyak akuntan Indonesia
ke Negara ASEAN lainnya atau banyak akuntan luar yang masuk ke Indonesia. Hasil
penelitian 2015 yang diperoleh dari beberapa Perguruan Tinggi swasta Jakarta
yaitu banyak akuntan luar yang masuk ke Indonesia. Dengan alasan kurangnya
Bahasa, Keterampilan dan Sikap pada Mahasiswa di Indonesia.
Referensi :
Tulisan ini untuk memenuhi tugas
softskills mata kuliah Akuntansi Internasional.
Ditulis oleh :
S. Rahmawati
Dosen :
Jessica Barus, SE., MMSI.
Universitas Gunadarma